MINANGKABAUNEWS.com, LIMAPULUH KOTA — Sektor pertanian di Kabupaten Limapuluh Kota terdampak signifikan akibat bencana alam yang terjadi di sejumlah wilayah Sumatera Barat serta siklus cuaca yang tidak menentu. Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Limapuluh Kota mencatat kerusakan lahan pertanian mencapai 108,77 hektare, mencakup lahan padi sawah seluas 64,49 hektare, tanaman palawija 27,6 hektare, lahan cetak sawah 16,68 hektare, serta kerusakan infrastruktur irigasi pada sembilan daerah irigasi.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Kabupaten Limapuluh Kota, Witra Porsepwandi, S.Pi, mengatakan bencana tersebut berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap aktivitas pertanian dan keberlangsungan usaha tani masyarakat.
“Dampak langsung mengakibatkan kerusakan pada lahan pertanian, jembatan pertanian, dan jalan usaha tani, dengan total kerugian sektor pertanian mencapai Rp6,89 miliar, sementara kerusakan daerah irigasi mencapai Rp2,94 miliar,” ujarnya kepada minangkabaunews.com di kompleks perkantoran Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota, Sarilamak, Rabu (24/12/2025).
Selain dampak langsung, ancaman tidak langsung juga mulai dirasakan. Sekitar 150 hektare sawah terancam putus akses transportasi dan pengairan akibat kerusakan infrastruktur. Kondisi ini menyulitkan distribusi air irigasi serta menghambat mobilisasi alat dan sarana produksi pertanian ke lokasi lahan.
Dari sisi komoditas, padi sawah, jagung, serta tanaman hortikultura seperti cabai dan bawang merah menjadi yang paling terdampak. Cuaca ekstrem menyebabkan banyak tanaman mengalami gagal panen, sehingga berimbas pada penurunan produksi dan pendapatan petani.
“Siklus cuaca yang tidak menentu berdampak pada pengurangan luas tanam, luas panen, produksi, dan produktivitas tanaman padi, jagung, cabai, dan bawang merah,” jelas Witra.
Lebih lanjut, ia menyebut pola tanam petani mengalami perubahan signifikan. Jika sebelumnya petani mampu menanam hingga 2,5 kali dalam setahun, kini menurun menjadi 1 hingga 1,5 kali tanam per tahun. Risiko gagal panen pun dinilai cukup tinggi apabila kondisi cuaca ekstrem terus berlanjut.
Untuk mengantisipasi dan memulihkan kondisi tersebut, Dinas Pertanian Kabupaten Limapuluh Kota telah melakukan koordinasi intensif dengan Kementerian Pertanian serta Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Barat. Proposal bantuan telah diajukan melalui Direktorat Perlindungan Tanaman Kementerian Pertanian, mencakup program pemulihan sawah rusak, bantuan sarana produksi pangan, serta penguatan asuransi pertanian sebagai langkah mitigasi bencana ke depan.
Di tengah kondisi tersebut, petani jagung dan hortikultura di Kabupaten Limapuluh Kota berharap pemerintah segera merealisasikan bantuan di lapangan. Mereka meminta perbaikan irigasi, jalan usaha tani, dan jembatan pertanian yang rusak agar aktivitas pertanian kembali normal.
Ezi (55), petani di Kecamatan Guguak, berharap perbaikan terhadap infrastruktur irigasi dan lahan dapat segera dilakukan. Berikut bantuan benih, pupuk, serta pendampingan dari penyuluh pertanian. “Kami berharap bantuan dan perbaikan segera terwujud terhadap kami sebagai petani. Dan juga pendampingan dari penyuluh.” Katanya.
Pemerintah daerah berharap dukungan lintas sektor ini mampu mempercepat pemulihan pertanian serta menjaga ketahanan pangan daerah di tengah tantangan perubahan iklim dan bencana alam yang semakin sering terjadi. (Rino)






