MINANGKABAUNEWS.com, HARAU, KABUPATEN LIMA PULUH Kota – Distribusi air bersih di sejumlah wilayah Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, terganggu dalam beberapa hari terakhir akibat keterlambatan proses pemindahan pipa distribusi utama. Pekerjaan pembukaan jalan oleh program TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Harau–Landai yang melibatkan penggunaan alat berat menjadi penyebab utama keterlambatan tersebut.
Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumda AM) Tirta Luak Nan Bungsu, dalam pernyataan resminya, menyampaikan bahwa pekerjaan pemindahan pipa utama mengalami hambatan signifikan dan waktu penyelesaian diperkirakan bertambah sekitar tujuh hari ke depan sejak Selasa, 8 Juli 2025.
Gangguan distribusi ini berdampak langsung pada aktivitas harian warga di sejumlah kawasan seperti Ketinggian, Purwajaya, Taratak, Lubuak Limpato, Lubuak Batingkok, dan Ratu Balang. Tak hanya masyarakat umum, institusi pendidikan seperti Pondok Pesantren Modern Al Kautsar Sarilamak juga mengalami kendala besar dalam mencukupi kebutuhan air bagi ratusan santrinya.
“Kami terpaksa mengatur ulang jadwal mandi dan mencuci santri. Sebagian besar aktivitas dilakukan dengan sistem giliran dan penghematan ketat,” ujar Ustaz M. Hafiz, Koordinator Asrama Al Kautsar Sarilamak.
“Dalam situasi normal, air bersih memang sudah menjadi tantangan. Sekarang, dengan proyek jalan ini, kondisinya makin kritis.
Pihak Badan Pengelola Harian (BPH) Pondok Pesantren Modern Al Kautsar pun menyampaikan kekhawatiran yang sama dan mendesak pemerintah untuk turun tangan segera.
“Kami meminta pemerintah daerah dan semua pihak terkait untuk bertindak cepat. Pesantren menampung ratusan santri, dan air bersih adalah kebutuhan mendesak, bukan bisa ditunda,” tegas Ki Jal Atri Tanjung, Ketua BPH Ponpes Modern Al Kautsar Sarilamak.
“Jika tidak ada solusi segera, kondisi ini bisa berdampak pada kesehatan santri dan kelangsungan pembelajaran.”
Kondisi makin diperparah oleh cuaca ekstrem. Wilayah Sumatera Barat, termasuk Kabupaten Lima Puluh Kota, saat ini tengah memasuki musim kemarau. Berdasarkan informasi dari BPBD setempat, debit air dari beberapa sumber alami mulai menyusut drastis akibat panas berkepanjangan yang telah berlangsung lebih dari dua pekan.
Kebutuhan air bersih kini mengandalkan suplai darurat menggunakan mobil tangki dari Perumda AM dan BPBD. Namun, langkah ini belum sepenuhnya mampu menutup kekurangan yang ada, terutama di daerah dengan akses jalan terbatas.
Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota disebutkan telah menjalin koordinasi dengan pihak TNI dan kontraktor pelaksana TMMD untuk mempercepat penyelesaian pekerjaan tanpa mengorbankan infrastruktur vital seperti jaringan distribusi air.
Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya manajemen risiko dalam pelaksanaan proyek infrastruktur, terutama yang menyentuh fasilitas publik vital seperti air bersih. Koordinasi lintas sektor dan mitigasi dampak harus menjadi perhatian serius agar pembangunan fisik tidak membawa efek sosial yang merugikan masyarakat.






