Pepatah Petitih di Minangkabau

  • Whatsapp

Oleh : Jessie Andresa

Budaya Minang merupakan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Minangkabau dan terus berkembang hingga sekarang. Kekentalan budayanya juga melekat dalam kehidupan masyarakatnya.

Termasuk juga pepatah dan petitih orang Minang yang penuh akan makna kehidupan. Pepatah artinya pribahasa yang mengandung nasihat atau ajaran dari orang tua-tua, sedangkan petitih berarti berbagai pribahasa. Bagi masyarakat Minang pepatah petitih tersebut tentu menjadi kebanggaan tersendiri untuk dipatuhi.

Pesan-pesan baik yang terkandung dalam pepatah petitih Minang sebenarnya juga bisa dipelajari oleh siapa saja meskipun bukan orang Minang. Pepatah petitih ini memberikan masukan ilmu pengetahuan yang sangat penting dan bisa dijadikan sarana untuk mengingatkan diri sendiri supaya berperilaku baik ketika berada dimanapun terutama di lingkungan masyarakat Minangkabau.

Seperti dalam pepatah ini yaitu :

“dima bumi dipijak, disinan langik dijunjuang” arti dari pepatah tersebut adalah dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung,sebenarnya pepatah ini sudah sangat sering didengar, pepatah ini mengajarkan kita untuk mematuhi dan menghormati adat istiadat yang berlaku di tempat kita tinggal, sepatutnya juga kemanapun kita pergi harus mematuhi adat istiadat tempat tersebut berlaku.

Kita hidup di dunia ini hanyalah sementara, karena sifatnya yang sementara itu kita perlu memilih laku hidup yang tepat, yaitu dengan berbuat baik dengan situasi apa pun, kapan pun dan dimana pun.

“ Bungkuak saruweh tak takadang sangik hiduang tagang kaluan” pepatah ini memiliki makna orang yang tidak mau menerima masukan dan nasehat dari orang lain, walaupun orang tersebut berada di pihak yang benar sekalipun. Pepatah ini mengingatkan kita untuk menerima kebenaran yang dikatakan orang lain, walaupun itu bertentangan dengan ego.

Sebab yang baik memang tak selamanya indah dan menyenangkan dalam pikiran seseorang.

“ elok diambiak jo etongan, buruak dibuang jo mufakaik” pepatah ini bermakna dalam sebuah adat setiap yang tidak baik, dibuang baik-baik dengan perhitungan juga musyawarah, begitupun yang baik juga diambil dengan mufakat.

“ bak ayam lapeh malam, bak kambiang diparancahkan” yaitu bermakna seseorang yang kehilangan tujuan atau pedoman hidupnya serta pegangan dan berputus asa dalam sesuatu.

“Lamak dek awak, katuju dek urang” Lamak dek awak, katuju dek urang adalah salah satu ungkapan dalam petuah Minangkabau yang mengajarkan kita tentang tenggang rasa.

Lamak dek awak berarti bagi kita enak, dan katuju dek urang berarti bisa diterima oleh orang lain. Singkatnya yaitu sama-sama enak, baik bagi kita maupun bagi orang lain. Jadilah orang yang disenangi oleh orang lain, suka membantu sesama tanpa mengorbankan diri sendiri. Harusnya orang terbantu, kita juga merasakan manfaatnya.

“Bapuntuang suluah sia, baka uoeh racun sayak batabuang, paluak pangku Adat nan kaka kalanggik tuah malangguang” pepatah ini bermakna Meskipun terkesan kuno dan sudah berumur tua, jika masyarakat mampu mengamalkan dan menerapkan nilai-nilai budaya leluhur dalam kehidupan sehari-hari, maka masyarakat terebut akan lebih maju dibandingkan yang lainnya.

“Tangan mamancang, bahu mamikua” pepatah minang ini bermakna segala apa yang kita lakukan haruslah dipertanggungjawabkan kedepannya. Bukan hanya tindakan, tetapi juga ucapan ketika kita berbicara. Lakukan pekerjaan dengan tulus dan jangan biasakan berbohong.

Dari beberapa contoh dan makna pepatah petitih diatas masyarakat Minang kerap mengggunakan pepatah petitih ketika menasehati anak-anak mereka yang berisi pesan-pesan positif, bahkan juga digunakan untuk memarahi dan menyindir seseorang.

Selain itu petatah petitih juga merupakan bagian dari karya sastra Minangkabau yang wajib untuk dilestarikan karena sebuah sastra mengandung unsur nilai yang dapat diajarkan dan diberikan sebagai pesan moral dalam berperilaku, beretika, dan berucap.

Related posts