Peran Politik Keummatan dan Politisi Pragmatis dalam Pandangan Buya Dr. Gusrizal

  • Whatsapp
Ketum MUI Sumbar, Buya Dr. Gusrizal Gazahar Dt. Palimo Basa (Foto: Dok. Istimewa)

MINANGKABAUNEWS.com, PADANG — Ketum MUI Sumbar, Buya Dr. Gusrizal Gazahar Dt. Palimo Basa mengungkapkan mereka yang masuk ke arena politik dengan perasaan sebagai pemain malah kenyataannya menjadi permainan itu sendiri.

“Kita sebagai umat Islam sering menegaskan bahwa kita bukan anti politik dan tidak alergi politik karena kita menolak sekularisme,” tulis Buya

Read More

“Saya melihat ini adalah sikap yang bagus dan seiring dengan konsep syumûliyyatul Islam! Hanya saja, saya termasuk yang lebih suka kalimat-kalimat itu menjadi panduan gerakan yang berkesinambungan daripada pernyataan lima tahunan.

“Mereka yang masuk ke Arena politik dengan perasaan sebagai pemain malah kenyataannya menjadi permainan”.

Kenapa demikian?
Karena fakta yang sangat menyedihkan semenjak bertahun-tahun kita mengumandangkan kalimat-kalimat di atas, kita hampir tak pernah maksimal mewujudkan peran politik keummatan itu dalam pentas politik praktis. Akibatnya yang lahir dari tubuh umat ini adalah politisi pragmatis yang berlari mengejar pangkat dan jabatan.

“Malangnya, kita terbuai dengan semboyan-semboyan seperti satu pena kekuasaan lebih efektif untuk mewujudkan kemashlahatan umat dibandingkan seribu lisan para da’i,” tulis Buya dalam akun Facebook-nya.

“Bukan maksud saya menafikan hal itu tapi karena landasan berpolitik para politisi muslim belum lagi berdiri di atas prinsip-prinsip dakwah Islamiyyah, maka pena kekuasaan itu belumlah dijangkau untuk kepentingan Islam itu sendiri,” imbuh Buya.

Kalau ada yang menyatakan bahwa sebagian umat sudah merasa terwakili, itu tak lebih karena ukuran mereka adalah kepentingan kelompok dan aliran yang jauh melebihi dari kepentingan besar umat dan Islam itu sendiri.

Mereka tetap merasa terhibur walaupun para politisi muslim itu kenal mereka sekali lima tahun dan mendekati siapa yang bisa menguntungkan bukan siapa yang bisa mengingatkan dan meluruskan.
Ini baru pada tataran lahiriyyah yang muncul, belum lagi pada pemahaman konsep yang berisikan prinsip dan strategi siyâsah syar’iyyah yang mesti masak dalam genggaman seorang politisi yang menyadari bahwa dia adalah muslim.

“Saya hanya ingin mengingatkan saja kepada umat Islam di negeri ini agar berhati-hati apalagi bagi siapa yang dititipi amanah kepercayaan untuk diikuti oleh umat karena sudah sekian kali terbukti,” tuturnya.

“Mereka yang masuk ke lapangan politik dengan perasaan sebagai pemain malah kenyataannya menjadi permainan”. (FB Buya Gusrizal)


Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Minangkabaunews.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Related posts