Oleh : Rahma Asdaqul Asma
Mahasiswa : Jurusan Sastra Minangkabau
Music tradisional di minangkabau memiliki banyak keunikan dan tradisi dari wilayah tertentu. Kriteria music antara lain bettkembang sesuai dengan dimana music itu berada, bahsa pada music itu dan kondisi geografis wilayahnya.
Rabab adalah alat music gesek tradisional khas minangkabau yang terbuat dari tempurung kelapa, bentuk rabab menyerupai bentuk biola. Salah satu jenis rabab yang terkenal adalah rabab pasisia.
Rabab pasisia adalah seni tutur yang berkembang pada masyarakat pesisir selatan,dimana pertunjukanya menggabungkan antara kaba atau cerita dengan iringan rabab. Pertunjukan music rabab di minangkabau sebagai salah satu kebudayaan yang memliki berbagai macam jenis dan keseian tradisonal.
Music rabab pasisia biasanya dipertunjukan pada konteks upacara yang ada hubunganya dengan adat istiadat masyarakat pemiliknya, misalnya apada upacara perkawinan , turun mandi dan upacara alek nagari. Pemain alat music dan penyanyi pertunujukan rabab memiliki pemain dan sekaligus sebagai penyaji utama dalam pertunjukan rabab. Pemain rabab dikenal dengan tukang rabab.
Music tradisional adalah music yang turun temurun hidup di masyarakat dan dipertahankan sebagai sarana hiburan. Perekambangan music pada zaman sekarang mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Hal ini disebabkan teknologi yang semakin maju dan semakin praktis, dimanapun masyarakat bisa memgetahui segala hal baru dengan hanya mengakses nya di internet, begitu pula dengan mengakses music raba yang sekarang sudah banyak berkembang di digital.
Perkembangan music secara digital bukanlah hal negative, semakin banyak nya music rabab yang merajalela di internet, maka generasi muda juga akan mudah mengakses dan mengetahui bahwasanya rabab itu ada dan rabab adalah music khas Sumatra barat.
Perkembangan teknologi membuat industry perekamana menjadi model sempurna dalam tatanan simulasi dimana dapat memberi kemudahan bagi setiap indiividu untuk mengakesenya dengan cepatdan mudah.
Melakukan digitalisisi musik rabab adalah dengan merekam musik tersebut dan menguploadnya pada aplikasi aplikasi musik yang banyak berkembang pada saat ini. Bagi orang orang yang rindu dengan musik tradisional dapat mengaksesnya pada internet, dan itu setidaknya dapat melepas kerinduan terhadap musik rabab.
Jika tak dilakukan digitalisasi musik ini, maka alat musik tradisional salah satunya rabab akan mengalami kepunahan, tentu saja hal ini sangat disayangkan sekali.
Barabab adalah suatu bentuk pertunjukan seni tradisi yang menyampaikan cerita kaba oleh seorang atau dua orang penampil dengan diiringi oleh permainan alat musik rabab (semacam alat musik gesek yang mirip biola). Pertunjukan Barabab berlangsung semalam suntuk.
Biasanya dipertunjukkan Barabab dihadirkan sebagai salah satu bentuk bungo alek (hiasan keramaian) dalam sebuah acara, baik upacara perkawinan, perayaan atau peresmian peristiwa-peristiwa penting dalam masyarakat adat di Minangkabau. Permasalahannya kini adalah realitas pewarisan seni pertunjukkan Barabab, Pewarisan keterampilan aktif mempertunjukkan seni tradisi Barabab tidak berlangsung baik dan berkesinambungan dari si pewaris aktif kepada generasi berikutnya.Penampilan Barabab adalah pria-pria tua yang sudah berumur di atas 55 tahun dan atau lebih. Lalu bagaimana bila pewarisan tidak berlangsung lurus secara gradasi dari generasi tua ke generasi muda berikutnya. Tentu saja seni tradisi Barabab akan tinggal kenangan dan nama saja, berganti dengan corak musik Barat yang cenderung lebih diminati oleh generasi muda kini, misalnya organ tunggal dan sejenisnya.
Kerisauan akan kepunahan seni tradisi Barabab ini sudah patut direncanakan tindakan penyelamatannya. Salah satu upayanya adalah dengan mencanangkan secara aktif untuk mempelajari budaya, khususnya mempelajari seni tradisi pertunjukan Barabab yang telah menjadi ikon seni pertunjukan penting di Pesisir Selatan.
Upaya ini penting dilakukan secara terorganisir antara pemerhati budaya (perguruan tinggi) dengan Pemerintah Daerah Pesisir Selatan. Kebijakan-kebijakan pemerintah untuk membangun ruang atau tempat untuk mempelajari budaya, terutama seni Barabab, tindakan mendesak untuk dirintis dan dikembangkan ke depan, dan sejak kini.
Alat yang digunakan dalam kesenian musik rabab ini berupa biola. Jika ditinjau dari historisnya, sebelum bangsa Eropa (Portugis, Inggris, Belanda) datang ke daerah Pesisir Selatan, daerah ini telah berada dibawah kekuasaan Aceh, Pedagang Aceh yang menyebarkan agama Islam juga membawa pengaruh alat musik rabab. Alat musik ini mirip dengan yang ada di Aceh, Pariaman, Banten dan Deli. Rabab tersebut terbuat dari tempurung dengan dawai senarnya sebanyak tiga buah (Christyawaty, et al. 2009:14-15).
Rabab merupakan salah satu kesenian yang memiliki nilai sastra yang tinggi. Kalimat-kalimat dalam puisi Rabab merupakan kalimat konotatif, formal, sarat ungkapan simbolik dan sindiran.
Pertunjukan rabab biasanya berlangsung pada malam hari, yaitu. H. setelah sholat isya (21:00) sampai pagi. Pertunjukan ini adalah hiburan untuk festival rakyat seperti pernikahan. Selama pertunjukan pemain Rabab dan penonton saling berinteraksi.
kesenian Rababa sangat populer di tahun 1950-1980-an. Namun, sejak 1990-an, pertunjukan ini menjadi semakin langka. Tidak sedikit anak muda yang tertarik untuk mempelajari dan melestarikan kesenian ini. Terdapat beberapa Rabab yang tersebar di seluruh wilayah Minangkabau antara lain Rabab Darek, Rabab Pariaman dan Rabab Pasisie.
Rabab Di Minangkabau Rabab ini dikenal dengan berbagai cara, ada Rabab Darek dan Rabab Pasisia. Rabab di dua wilayah ini memiliki karakteristik yang berbeda. Rabab Darek konon mendatangkan seniman dari Pasisia.
Awalnya alat musik biola ini berasal dari Timur Tengah namun kemudian bermigrasi ke Iran dan India dan akhirnya sampai ke kepulauan india. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa biola merupakan alat musik dari luar, namun dalam perjalanannya dan memainkannya memiliki warna yang berbeda dengan memainkan alat musik di negara asalnya.




