Petani Limapuluh Kota Sambut Antusias Rencana Hilirisasi Gambir yang Bakal Dilakukan Mentan Amran

  • Whatsapp
Proses penjemuran produk komodity gambir di sebuah gudang pengumpul di Luak Limopuluah (Kota Payakumbuh dan Kabupaten Limapuluh Kota), Sumatera Barat. (Foto: istimewa)

MINANGKABAUNEWS.COM, LIMAPULUH KOTA – Rencana Menteri Pertanian (Mentan) RI, Amran Sulaiman, untuk mengembangkan hilirisasi produk gambir disambut antusias para petani di Sumatera Barat, khususnya di Kabupaten Limapuluh Kota — salah satu sentra penghasil utama ’emas hijau’ tersebut.

Salah seorang petani gambir asal Limapuluh Kota, Sepdi Tito, mengaku optimistis rencana besar itu akan membawa angin segar bagi petani setelah sekian lama terpuruk akibat fluktuasi harga.

Read More

Ia berharap, program hilirisasi yang dicanangkan pemerintah pusat dan provinsi segera direalisasikan, berbekal hasil riset dari Universitas Andalas (Unand) Padang.

“Selama ini kami hanya bisa pasrah dengan harga yang naik turun. Tapi setelah mendengar paparan profesor dari Unand, kami kembali bersemangat. Nilai ekonomis gambir dan turunannya ternyata luar biasa,” ujar Tito kepada wartawan di Limapuluh Kota, Sabtu (4/10).

Tito bahkan mengaku terharu ketika mendengar penjelasan Profesor Alvi dari Unand, yang mengungkap potensi nilai turunan gambir bisa menembus angka fantastis.

“Kalau potensi ini benar-benar dikelola serius, kami yakin hidup petani bisa berubah drastis. Tidak ada lagi cerita anak putus sekolah karena harga gambir anjlok,” kata Tito dengan mata berkaca-kaca.

Menurutnya, harga getah gambir saat ini berkisar Rp30.000 per kilogram, sementara jika diolah menjadi katekin, nilainya bisa mencapai Rp2,5 juta per kilogram. Produk turunannya seperti Marker-API, bahkan diklaim bisa menembus ratusan miliar rupiah per kilogram.

“Kalau hitung-hitungannya sesuai kajian kampus, kami yakin ini bisa mengubah perekonomian daerah. Dari 5 ton produksi gambir berkadar katekin 70 persen saja, nilainya sudah sekitar Rp10 miliar. Kami siap berbagi hasil itu untuk masyarakat,” tambah Tito.

Sumatera Barat sendiri dikenal sebagai penghasil 64 persen kebutuhan gambir nasional, dengan produksi mencapai 16.000–20.000 ton per tahun. Namun hingga kini, sebagian besar hasil masih dijual mentah tanpa proses pengolahan bernilai tambah.

Selama ini, para petani, hanya menjual bahan mentah ke pengumpul. Padahal, kalau diolah jadi turunan seperti tanin atau katekin sebagaimana hasil riset para professor Unand, nilainya diyakini bisa naik ribuan kali lipat.

“Harapan kami sederhana. Semoga ke depan harga gambir benar-benar sesuai nilainya. Kami ingin jerih payah di kebun membawa kesejahteraan, bukan sekadar untuk bertahan hidup,” tutup Tito penuh harap.

Mentan Amran Yakin Hilirisasi Gambir Bisa Dongkrak Ekonomi Nasional

Sementara itu, dalam pertemuan di Aula Kantor Gubernuran Padang bersama Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah dan sejumlah bupati penghasil gambir beberapa waktu lalu, Mentan Amran Sulaiman mengaku terkejut melihat potensi besar yang dipaparkan para akademisi Unand.

“Saya sampai tidak bisa tidur memikirkan potensi ini. Apakah benar nilai ekonomi gambir bisa mencapai Rp5.000 triliun per tahun? Kalau itu terealisasi, PDB Sumbar bisa melampaui APBN kita,” ujar Amran serius Kamis (25/9) lalu.

Ia menegaskan, Kementerian Pertanian akan segera menyusun program khusus hilirisasi gambir, agar nilai tambah tidak hanya dinikmati industri luar negeri.

“Indonesia mengekspor 80 persen kebutuhan gambir dunia, terutama ke India. Ini emas hijau kita. Kalau diolah, bisa jadi tinta, sampo, hingga skincare. Ini harus kita jaga,” tegas Amran.

Data Unand menunjukkan, harga daun gambir segar di tangan petani hanya sekitar Rp3.000 per kilogram. Dari 100 kilogram daun segar, nilai jualnya hanya Rp300 ribu. Namun, setelah diolah menjadi tanin ≥70 persen, nilainya melonjak hingga Rp9,6 juta, dan jika menjadi katekin ≥90 persen, bisa mencapai Rp4,5 juta per 100 kilogram daun.

Potensi besar inilah, kata Amran, yang membuat pemerintah harus serius mendorong hilirisasi. Dengan dukungan riset, investasi, dan pasar yang pasti, gambir Sumatera Barat diyakini mampu menjadi komoditas strategis berdaya saing global sekaligus mengangkat derajat hidup petani. (akg)

Related posts