MINANGKABAUNEWS.com, PASAMAN BARAT – Dari sebuah lahan kecil di Simpang Empat, Kabupaten Pasaman Barat, Ade Herdiwansyah (38), seorang petani muda, membuktikan bahwa keberlanjutan dapat berjalan beriringan dengan produktivitas. Dengan semangat inovasi dan dedikasi terhadap ketahanan pangan nasional, ia berhasil meningkatkan hasil panennya hingga 50% dalam dua tahun tanpa merusak lingkungan.
Dari Lahan Kritis Menuju Produktivitas Tinggi
Ade memulai perjalanan sebagai petani pepaya pada 2022, mengelola lahan seluas 1 hektare yang dulunya tidak subur. Minimnya pengalaman dan kondisi tanah yang keras membuat hasil panen di tahun pertama tidak mencukupi kebutuhan keluarganya. “Tanahnya tidak subur, hasil panennya sangat rendah,” kenang Ade.
Situasi mulai berubah ketika ia mengikuti pelatihan pertanian berkelanjutan yang diselenggarakan oleh sebuah LSM lokal. Melalui pelatihan tersebut, ia mempelajari teknik pengelolaan lahan, penggunaan pupuk organik, dan rotasi tanaman yang efektif.
Inovasi di Bidang Pertanian
Ade mulai mengintegrasikan metode pertanian, peternakan, dan pengelolaan limbah organik. Ia mengganti pupuk kimia dengan pupuk organik yang diolah dari limbah ternak miliknya. Selain itu, ia menerapkan penggunaan kompos untuk meningkatkan efisiensi air dan bibit.
“Butuh waktu untuk beradaptasi, tetapi setelah panen pertama dengan metode ini, hasilnya hampir dua kali lipat,” ujar Ade. Dari lahan seluas 1 hektare, ia kini mampu menghasilkan hingga 7 ton pepaya per musim, jauh meningkat dibandingkan hasil sebelumnya yang hanya mencapai 3–4 ton.
Dampak Positif bagi Lingkungan
Selain meningkatkan produktivitas, metode pertanian Ade juga berdampak positif pada lingkungan. Dengan mengurangi penggunaan pestisida kimia dan beralih ke pupuk organik, kualitas tanah di lahannya membaik, dan keanekaragaman hayati di sekitarnya kembali pulih.
Tidak hanya itu, Ade aktif berbagi ilmu dengan petani di desanya, mendorong mereka untuk beralih ke praktik pertanian yang lebih ramah lingkungan.
Masa Depan Pertanian Berkelanjutan
Keberhasilan Ade menginspirasi banyak petani muda di daerahnya. Kini, ia menjadi pembicara dalam pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga pertanian setempat. Menurut Ade, kunci keberhasilan adalah kemauan untuk terus belajar dan beradaptasi.
“Pertanian harus berkelanjutan. Jika kita merusak tanah hari ini, generasi mendatang yang akan merasakan akibatnya. Dengan cara ini, kita bisa tetap produktif tanpa mengorbankan lingkungan,” ujarnya.
Kisah Ade membuktikan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil. Dengan pendekatan yang berkelanjutan, para petani di Indonesia berpotensi menjadi garda terdepan dalam menjaga ketahanan pangan nasional sekaligus melestarikan lingkungan.






