Pidato Iftitah Menyentuh Ketua PW Muhammadiyah Sumbar Dr. Shofwan Karim, Terima Kasih Buya!

  • Whatsapp
Ketua PW Muhammadiyah Sumbar, Buya Dr. Shofwan Karim di UM Sumbar, Ahad, (24/12)

MINANGKABAUNEWS.com PADANG — Ketua PW Muhammadiyah Sumbar, Buya Dr. Shofwan Karim Elhussein memberikan pidato iftitah pada pembukaan muswil Muhammadiyah-Aisyiyah ke-42 di aula Convention Hall UM Sumbar, Padang, Sabtu, (24/12/2022).

Hadir dalam kesempatan Ketua PP. Dr. H. Anwar Abbas, Ketua PP Aisyiyah Siti Aisyah, Anggota DPR RI Asli Chaidir, Gubernur Sumbar Mahyeldi, Wakil Ketua Irsyad Syafar dan Anggota DPRD Sumbar, Forkompimprov, Wakil Wali Kota Marfendi, Forkompim Kabupaten dan Kota Sumbar, Tokoh Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, MUI, LKAAM, Bundo Kandung, Pimpinan Orpol dan Ormas, dan Tokoh Masyakarat Irman Gusman.

Read More

Ketua PW Muhammadiyah Sumbar Buya Dr. Shofwan Karim Elhussein mengatakan Acara pokok Musywil adalah laporan keadaan persyarikatan dan apa yang menjadi dinamika persyarikatan, apa sedang dan telah dilaksanakan pada periode kerja kita 2015-2022. Isu-isu strategis yang akan menjadi pedoman untuk sekahligus menjadi rancangan program kerja PWM 2022-2027. Selanjutnya adalah pemilihan anggota dan ketua PWM yang baru untuk 5 tahun kedepan.

Dirinya juga mengucapkan terima kasih dari PWM terhadap segenap komponen dan eksponen yang menyelenggarakan Musywil imi. Di antaranya Panitia Penyelenggara (OC), Panitia Pengarah (SC), Panitia Pemulihan Pimpinan (Panlih) dan Panitia Penerima Musywil UM. Sumbar.

Shofwan juga mengucapkan terima kasih atas dukungan Gubernur terhadap Musywil ini serta pihak yang bersifat kelembagaan dan perorangan yang memberikan dukungan moril dan materil. Semuanya itu amat berharga dan Insyaa Allah menjadi tulang punggung untuk suksesnya Musywil terpadu Muhammadiyah dan Aisyiah kali ini.

Katanya, Tema Musywil Muhammadiyah ke-42 ini adalah, “Memajukan Sumatera Barat dan MencerahkanUmat”, merupakan repleksi lanjutan ketingkat wilayah dari inspirasiTema Muktamar Muhammadiyah ke-48, Memajukan Indonesia Mencerahkan Semesta. Tema Musywil sekaligus merupakan lanjutan dari inspirasi produk PWM 2015-2022 yang berintikan “Memajukan Muhammadiyah, Memajukan Sumatera Barat”.

Menurut Buya, Dari jahitan inspirasi itu, Muhammadiyah Sumbar telah, sedang dan terus melaksanakan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar, ikhtiar dan amal Pendidikan dari TK/BA sampai ke PT, amal sosial santunan dan panti asuhan, Kesehatan dan Penolong Kesejahteran Masyarakat, Ekonomi Produktif dan keringat kerja keras kemanusiaan dalam setiap musibah dan bencana alam serta bencana pandemi Covid-19. Khusus musibah pandemi Covid 19 telah membuat periode PWM, PDM, PCM dan PRM yang seyogyanya selesai tahun 2000 lalu kini khusus untuk PWM berakhir ujung tahun 2022 ini

Rangkaian itu semua sudah menjahit peranan dengan memeras cucuran keringat serta singsingan lengan bayu serta kubangan kaki bahkan air mata yang ditumpahkan 22 Majelis, Lembaga, Badan, BTM, LazisMu, MDMC, MCCC pada 7 tahun terakhir ini. Mereka bahu membahu bersama 19 PDM Kab/Kota, 154 Cabang dan 787 Ranting serta seluruh aktifis KB Muhammadiyah bersama 7 Ortom: Aisyiah, PM, NA, IMM, IPM, HW dan Tapak Suci PM, bersama sama dengan seluruh warga dan masyarakat Sumbar.

Dalam kaitan itu semua, pastilah kita bergumam dan bahkan meneriakkan kata, “ Kerja Belum Selesar dan Tidakakan Pernah Selesai”. Maka di situlah relevansinya dengan QS. Al-Insyirah ayat 7.

Selain dari itu maka kita harus mengingat kembali. Muhammadiyah adalah salah satu organisasi Islam yang besar di Indonesia. Tujuan organisasi Muhammadiyah dijelaskan dalam Anggaran Dasar Muhammadhyah Bab III pasal 6 (enam), sebagai berikut: “Maksud dan tujuan Muhammadiyah ialah menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar benarnya”

Penjelasan mengenai masyarakat Islam yang sebenar benarnya oleh beberapa sumber dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah dimaknai sebagai masyarakat tauhid yang moderat, teladan, inklusif dan toleran, solid dan peduli antar sesama.

Selain itu juga mempunyai makna kesadaran mengemban amanah sebagai wakil Allah di bumi yang bertugas menciptakan kemakmuran, keamanan, kenyamanan dan keharmonisan serta cepat menyadari kesalahan dan kekhulafan untuk kemudian meminta maaf. Sehingga terhindar dari dosa dan durhaka yang berkepanjangan sebagai upaya mendapatkan kebahagiaan di akhirat.

Tujuan utama Muhammadiyah adalah juga mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam bercampur baur dengan kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi.

Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata social kemanusiaan yang lebih berkemajuan dan mencerahkan alam manusia dan masyakatnya.

“Itu semua kita tarik kepada lokalitas Sumbar dan wilayah adat dan budaya Mimangkabau yang semua kita Muhmmadiyah dengan segenap jajaran tadi berenang dalam arus perubahan untuk selalu maju dan berkemajuan,” imbuhnya.

Sebagai Muslim, Minangkabau dan Muhammadiyah merupakan tiga tali sapilin dan tigo tunggu sajarangan yang terus menerus kita isi kepada semua yang berorientasi kepada kemajuan dan mencerahkan. Khusus untuk pemilihan PWM yang baru marilah kita pedomani dinamika Muktamar ke-48 di Surakarta baru baru ini 19-20 November 2022 yang sejuk, khidmat, tertib dan peroduktif.

Sejalan dengan itu berdasarkan pengalaman dan rujukan para pakar manajemen persyarikatan, paling tidak menjadi pimpinan dalam persyarikatan yang merupakan harakah atau gerakan berbasis kemandinan untuk berta’awun ini, seperti Muhammadiyah ini, paling tidak ada5 hal yang perlu dipertimbangkan:

(1) tokoh yang cerdas, kokoh dan kuat paham keagamaannya,
(2) kreatif, tidak menunggu dan ispiratif:
(3) komunikatif menjalin hubungan internal dan eksternal,
(3) berkarakter kokoh dan kesantunan yang tinggi,
(4) mampu bekerja sama dan saling berkerja dalam aura koletif-kolegial, serta
(5) mampu membangun kimesteri antara sesame untuk saling paham dan memahami kerja yang produktif.

Itulah aplikasi dari keperibadian kepemimpinan propetik yang sering dikutip: Siddiq, Fathanah, Amanah dan Tabligh dalam konteks memajukan dan mencerahkan ini.

“Tentu saja di dalam pemilihan pemimpin di dalam Muhammadiyah tidak dikenal grasa-grusu apalagi blok-blokan dan jegal-jegalan. Semuanya berbasis keikhlasan. Oleh karena itu mari kita pedomani QS.AI Maidah ayat 8,” tutupnya

Related posts