MINANGKABAUNEWS.com, PADANG – Politeknik ‘Aisyiyah Sumatera Barat (Polita Sumbar), institusi vokasi di bawah naungan organisasi keperempuanan Muhammadiyah, membuka diri terhadap keberagaman dengan menerima mahasiswa dari berbagai latar belakang agama, termasuk non-Muslim. Pendekatan inklusif ini sejalan dengan semangat Islam berkemajuan yang diusung Muhammadiyah dan menarik perhatian publik di tengah meningkatnya diskursus soal toleransi di dunia pendidikan.
Kebijakan ini mencerminkan praktik serupa yang diterapkan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), yang baru-baru ini menjadi sorotan nasional usai viralnya video wisuda Linda Amanda Sari—mahasiswi beragama Kristen yang lulus dari Fakultas Hukum kampus tersebut. Dalam acara wisuda 8 Juli lalu, Linda menyampaikan pantun bernuansa haru dan humor yang disambut meriah seluruh civitas akademika, termasuk Rektor dan jajaran pimpinan Muhammadiyah. Respons positif itu berujung pada pemberian beasiswa S2 langsung dari pihak rektorat.
“Selama kuliah saya tidak pernah diperlakukan berbeda. Justru saya merasa ini adalah rumah kedua,” ujar Linda dalam wawancara dengan media lokal. Kisahnya viral di media sosial dan memicu diskusi luas tentang pentingnya praktik toleransi lintas iman dalam sistem pendidikan berbasis nilai agama.
Polita Sumbar kini mengambil posisi yang sama progresifnya. Dalam rilis resminya, Direktur Politeknik ‘Aisyiyah Sumatera Barat Ns. Jeki Refialdinata, M.Kep, menegaskan bahwa jalur reguler penerimaan mahasiswa baru dibuka untuk umum tanpa pembatasan agama. Model pendidikan vokasional yang ditawarkan, mulai dari keperawatan hingga administrasi kesehatan, menjadi daya tarik tersendiri bagi calon mahasiswa lintas keyakinan.
“Ini bukan hanya tentang inklusivitas simbolik,” kata salah satu pengelola kampus. “Kami ingin semua mahasiswa—apapun agamanya—memiliki akses pendidikan dan kesempatan berkembang secara profesional.”
Langkah ini dinilai strategis untuk memperluas jangkauan institusi sekaligus meneguhkan peran Muhammadiyah dalam membumikan prinsip Islam yang menghargai keberagaman. Dengan dukungan penuh dari jaringan Aisyiyah dan Muhammadiyah, Polita Sumbar memperkuat komitmennya terhadap pendidikan yang adil, terbuka, dan modern.
Pakar pendidikan tinggi melihat tren ini sebagai respons cerdas terhadap tantangan pluralisme di Indonesia. “Lembaga pendidikan berbasis agama tak lagi bisa eksklusif bila ingin relevan secara nasional dan global,” ujar Dr. Zennis Helen, pengamat Pendidikan Kota Padang. “Kisah Linda di UMSU adalah bukti nyata: toleransi bukan hanya mungkin, tapi juga produktif.”
Dengan membuka akses lebih luas bagi mahasiswa non-Muslim, Politeknik Aisyiyah Sumbar menandai babak baru dalam peta pendidikan vokasi Indonesia—menggabungkan kompetensi teknis, nilai-nilai keislaman, dan semangat keberagaman dalam satu napas kebangsaan.






