PPNP Dorong Komitmen Bersama untuk Perkuat Ekosistem Demi Masa Depan Kopi Sumbar

  • Whatsapp

MINANGKABAUNEWS.COM, LIMA PULUH KOTA — Upaya memperkuat ekosistem kopi Sumatera Barat terus dilakukan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh (PPNP). Melalui Program Revitalisasi Perguruan Tinggi Negeri Vokasi, kampus vokasi tersebut kembali menggelar Focus Group Discussion (FGD) II Pengembangan Produk Turunan Kopi di Aula Sidang I Gedung Baru PPNP, Tanjung Pati, Rabu (26/11/2025).

‎Kegiatan yang menghadirkan berbagai pemangku kepentingan itu menjadi ruang diskusi strategis untuk menyatukan langkah pengembangan produk turunan kopi yang selama ini dinilai belum optimal. Para peserta tampak antusias mengikuti agenda sejak pagi hingga sesi diskusi.

‎FGD II ini dihadiri unsur pemerintah daerah Kabupaten Lima Puluh Kota, mulai dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Koperasi, hingga Badan Perencanaan, Penelitian dan Pembangunan (Bapelitbang). Hadir pula kelompok tani, asosiasi dan pelaku industri kopi, pengusaha kedai kopi, hingga perwakilan media massa.

‎Sekretaris Program Revitalisasi Perguruan Tinggi Negeri Vokasi PPNP, Budi Febriandi, membuka kegiatan sekaligus menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam memperkuat nilai tambah komoditas kopi daerah.

‎Menurut Budi, FGD tidak hanya menjadi forum bertukar gagasan, tetapi juga titik temu antara institusi pendidikan vokasi, pemerintah daerah, pelaku usaha, dan petani kopi.

‎“Kami berharap forum ini melahirkan konsep dan kerja sama konkret guna mempercepat inovasi dan meningkatkan potensi industri turunan kopi di Sumatera Barat,” ujarnya.

‎Ia menambahkan, PPNP berkomitmen menjadi jembatan antara kebutuhan industri dengan kapasitas akademik, terutama melalui Teaching Factory (TEFA) kopi yang beberapa tahun terakhir tengah dikembangkan.

‎“Sinergi antar semua unsur sangat dibutuhkan agar transformasi sektor kopi berjalan lebih efektif,” lanjutnya.

‎FGD menghadirkan dua narasumber utama yang dikenal aktif dalam pengembangan industri kopi lokal. Pertama, Tejo Pramono, Founder Rumah Kopi Rajin, yang membawakan materi ‘Peran Media dan Branding dalam Meningkatkan Daya Tarik Produk Kopi Lokal.’

‎Tejo menegaskan bahwa branding bukan lagi pelengkap, melainkan kebutuhan dasar jika kopi lokal ingin bersaing di pasar modern. Ia memaparkan strategi penguatan citra produk, pemanfaatan media digital, hingga perilaku konsumen yang semakin visual dan berbasis tren.

‎Narasumber kedua, Hanafi Rusianda, Founder Fianda Coffee, memberikan materi ‘Kolaborasi Industri dengan TEFA Kopi: Akselerasi Inovasi dan Komersialisasi Produk.’ Ia menekankan pentingnya hubungan erat antara perguruan tinggi dan industri agar inovasi tidak berhenti di ruang laboratorium.

‎Menurut Hanafi, TEFA kopi harus menjadi katalis yang mempercepat eksperimen produk, pengujian pasar, hingga komersialisasi yang lebih agresif.

‎”Industri membutuhkan inovasi cepat, dan kampus membutuhkan ruang penerapan. Jika keduanya dipertemukan, ekosistem kopi akan melesat,” tegasnya.

‎Setelah pemaparan materi, suasana diskusi berlangsung dinamis. Para petani, pelaku UMKM dan asosiasi kopi, hingga unsur pemerintah aktif mengajukan pertanyaan terkait strategi branding, pengembangan TEFA, serta peluang komersialisasi produk turunan kopi.

‎Beberapa peserta bahkan menyampaikan tantangan nyata di lapangan, mulai dari keterbatasan alat pasca panen hingga kurangnya promosi produk lokal di pasar digital. Semua masukan tersebut dihimpun PPNP sebagai bahan penyusunan rekomendasi pengembangan sektor kopi daerah.

‎Kegiatan FGD II ini menjadi lanjutan dari rangkaian program revitalisasi PPNP dalam memperkuat kompetensi vokasi di bidang agroindustri. Di penghujung diskusi, para peserta dari semua unsur diminta untuk memberikan harapan, peran serta komitmen bersama untuk keberlanjutan pengembangan kopi.

‎Para peserta menyampaikan harapan, agar hasil diskusi dapat menjadi rujukan bagi pemerintah daerah dan pelaku industri dalam menyusun langkah strategis pengembangan kopi di Sumatera Barat.

‎FGD dinilai menjadi momentum penting dalam mendorong kopi lokal naik kelas, tidak hanya sebagai komoditas mentah, tetapi juga produk turunan yang berdaya saing tinggi di tingkat nasional maupun global. (akg)

Related posts