MINANGKABAUNEWS.com, BANJARMASIN – Dalam suasana yang penuh semangat kolektif dan komitmen kebangsaan, Presiden Mahasiswa Universitas Muhammadiyah (UM) Sumatera Barat, Agnostik Djannah, turut ambil bagian dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Badan Eksekutif Mahasiswa Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (BEM PTMA) yang digelar di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada 19–22 Juni 2025.
Kegiatan tahunan yang dipusatkan di Universitas Muhammadiyah Banjarmasin itu mengusung tema “Merawat Gerakan Persatuan BEM PTMAI Menuju Kolektif Paripurna dan Masa Depan BEM PTMA Indonesia”. Forum ini dihadiri oleh para Presiden Mahasiswa dari kampus-kampus Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah di seluruh penjuru Indonesia—sebuah konvergensi pikiran muda dalam menakar masa depan.
Di tengah diskusi-diskusi strategis seputar peran mahasiswa Muhammadiyah dalam pembangunan nasional, Agnostik Djannah menyuarakan dua isu fundamental yang dinilainya krusial dalam menyongsong Indonesia Emas 2045: kemandirian ekonomi dan pendidikan yang transformatif.
Kemandirian sebagai Jalan Pembebasan
Dalam pidatonya, Djannah menegaskan pentingnya kemandirian ekonomi sebagai fondasi pembebasan sosial dan kunci menuju masyarakat berdaulat. Ia menekankan bahwa upaya ini tidak cukup sekadar menjadi wacana struktural, melainkan harus dimulai dari personal: dari karakter seorang Presiden Mahasiswa di tiap kampus, yang kemudian berkembang menjadi gerakan kolektif yang menjangkau masyarakat melalui kemitraan strategis dengan pemerintah dan pemangku kepentingan.
“Kemandirian ekonomi bukan sekadar capaian finansial, tapi wujud dari integritas dan kedaulatan kita sebagai generasi muda,” ujarnya.
Pendidikan: Lebih dari Sekadar Nilai Akademik
Isu kedua yang disorot Djannah ialah transformasi pendidikan, khususnya pentingnya penguasaan bahasa asing sebagai alat mobilitas dan daya saing global. Ia mengusulkan agar mahasiswa PTMA tidak hanya diajarkan bahasa asing secara teoritik, tetapi juga difasilitasi untuk meraih sertifikasi resmi yang diakui secara internasional.
“Penguasaan bahasa adalah jembatan menuju dunia. Sertifikasi bukan simbol, tapi bukti kesiapan kita memasuki era kompetisi global,” katanya.
Rekomendasi untuk Pimpinan Pusat dan Pemerintah
Djannah juga mengusulkan agar hasil-hasil strategis dari Rakornas tidak berhenti pada level internal mahasiswa. Ia mendorong Koordinator Nasional Presiden BEM PTMA untuk membawa rekomendasi forum ini ke tingkat Pimpinan Pusat Muhammadiyah serta Pemerintah Republik Indonesia, sebagai bagian dari kontribusi aktif mahasiswa Muhammadiyah dalam pembangunan nasional yang inklusif dan berkarakter.
Rakornas BEM PTMA 2025 tidak hanya menjadi ajang koordinasi tahunan, tetapi juga panggung refleksi peran generasi muda dalam narasi besar kebangsaan. Dengan isu-isu yang semakin kompleks dan tuntutan global yang kian menekan, mahasiswa ditantang bukan sekadar menjadi aktor perubahan, tetapi juga pemikir strategis dalam membentuk masa depan Indonesia.






