Professor Katharine, Wanita Asal Australia Kunjungi Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta

  • Whatsapp

MINANGKABAUNEWS.com, BUKITTINGGI – Professor Katharine McGregor, wanita asal Australia melakukan kunjungan ke Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta, Kota Bukittinggi, Minggu (29/10/2023).

Katharine dari Universitas Melbourne menyampaikan, terkait kunjungan dirinya ke Bukittinggi dikaitkan dengan suatu projek penelitian yang namanya themetytris memori zaman kolonial di Indonesia dan di Belanda.

Read More

“Jadi ini suatu projek bertahun-tahun untuk melihat, bagaimana masyarakat Indonesia maupun masyarakat Belanda mengingat zaman kolonial?” ujar Katharine di Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta kepada redaksi Minangkabaunewscom.

Professor Katharine McGregor saat melihat ranji/silsilah tokoh proklamator Bung Hatta, di Museum rumah kelahirannya di Bukittinggi.

Ia menjelaskan, hal itu bisa dikaitkan dengan banyak isu, kalau misalnya mengenai proklamator Indonesia, itu pasti mempunyai peran penting sebagai seorang nasionalis dalam sejarah Indonesia.

“Dan saya tertarik, untuk melihat, apa pola- pola baru dalam proses ingatan zaman kolonial di Indonesia? mungkin selama 10 atau 15 tahun terakhir ini, karena saya liat sejauh ini ada beberapa pola baru yang menarik muncul seperti ada komunitas baru yang muncul, pencinta sejarah,” ucap Katharine.

Ia mengungkapkan dengan bercanda, kalau dulu, sewaktu dirinya sering datang ke Indonesia, mungkin 20 tahun yang lalu, kalau dia menyatakan dirinya seorang sejarawan, orang pikiran itu sangat membosankan, mungkin langsung lari dari dirinya.

“Sekarang orang lebih memperhatikan sejarah, jadi mungkin satu pola baru dan menarik buat saya untuk sebagai seorang sejarawan,” ungkap Katharine.

Ia sebut, ada beberapa pola baru dalam sejarah Indonesia yang sangat menarik, pada umumnya orang lebih tertarik dengan sejarah, ingin tahu lebih banyak mengenai identitas suatu kota atau mungkin mengenai sejarah nasional atau macam-macam sejarah.

“Ya, saya tertarik dengan perkembangan baru di Indonesia maupun di Belanda. Jadi saya sering berkunjung ke museum- museum di Belanda maupun disini untuk melihat, akhir ini museum mana yang baru.”

“Apa tema mereka, bagaimana mereka menyikapi masa lalu, apakah ada perbedaan? karena saya sudah lama meneliti mengenai historiografi Indonesia,” tutur Katharine.

Jadi menurut dosen sejarah ini dibanding dengan Orde Baru, sudah jauh lebih banyak kebebasan untuk menulis, melihat sejarah saat ini, apalagi dengan otonomi daerah.

“Orang lebih memperhatikan kota mereka sendiri, entitas suku sendiri, dan mungkin lebih banyak mendalami sejarah lokal,” terang Katharine.

Dalam kesempatan itu, Dani seorang fotografer juga menyampaikan, tak terlepas dari sejarahnya suasana arsitektur museum rumah kelahiran Bung Hatta kelihatannya mecing (looks cool) isinya.

“Kita memotret pun enak, karena memiliki koleksi barang-barang tempo doeloe (dulu-red),” katanya. (*)

Related posts