PWA Sumbar Dorong Penguatan Kedaulatan Pangan dan Perlindungan Perempuan Pasca Tanwir I ‘Aisyiyah

  • Whatsapp

MINANGKABAUNEWS.com, PADANG – Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Sumatera Barat menegaskan komitmennya untuk menindaklanjuti hasil Tanwir I ‘Aisyiyah yang telah dilaksanakan pada 15–17 Januari 2025 di Hotel Tavia Heritage. Forum tertinggi di bawah Muktamar tersebut menghasilkan sejumlah rekomendasi strategis, di antaranya penguatan kedaulatan pangan, perlindungan perempuan dan anak, serta pengarusutamaan paham Islam moderat (wasathiyah).

Ketua PWA Sumbar, Dr. Syur’aini, M.Pd., didampingi Sekretaris Delvina, M.Pd., menyampaikan bahwa Tanwir I ‘Aisyiyah telah memberikan arah baru yang lebih konkret bagi gerakan perempuan muslim berkemajuan. Salah satu fokus utama adalah kedaulatan pangan berbasis komunitas yang melibatkan peran aktif perempuan.

“Kami di Sumatera Barat siap menerjemahkan hasil Tanwir dalam program-program nyata di lapangan, termasuk mendorong pemerintah daerah untuk mengoptimalkan Program Makan Bergizi Sehat (MBG) dengan sumber pangan lokal yang berkualitas,” ujar Syur’aini, Rabu (22/1).

Ia menegaskan bahwa perempuan, khususnya petani perempuan di daerah, harus mendapatkan perhatian lebih. Selama ini, kontribusi mereka terhadap sektor pertanian sering kali tidak tercatat secara formal, sehingga menyulitkan akses terhadap program pemerintah, pelatihan, dan pendanaan.

“Kami mendorong agar identitas dan posisi perempuan petani diperkuat agar tidak ada lagi kesenjangan dalam mendapatkan hak dan peluang,” tambahnya.

Dalam Tanwir tersebut, Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah juga menandatangani nota kesepahaman dengan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) mengenai perlindungan perempuan dan anak. Langkah ini disambut positif oleh PWA Sumbar sebagai bentuk sinergi antara organisasi masyarakat sipil dan aparat penegak hukum.

“Ini adalah terobosan penting. Perlindungan terhadap perempuan dan anak harus menjadi agenda lintas sektor yang mengedepankan pendekatan berbasis korban,” kata Delvina.

Selain isu pangan dan perlindungan, Tanwir I ‘Aisyiyah juga membahas sejumlah problem sosial dengan pendekatan Islam wasathiyah. Hal ini termasuk penegasan kembali posisi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah dalam menolak praktik sunat perempuan yang tidak memiliki dasar syar’i yang kuat, serta penolakan terhadap perkawinan anak karena lebih banyak menimbulkan kemudaratan.

Menurut Syur’aini, pengarusutamaan nilai Islam yang adil, seimbang, dan rahmatan lil ‘alamin harus terus disuarakan, terutama di tengah maraknya tafsir keagamaan yang cenderung diskriminatif terhadap perempuan.

“Paham Islam wasathiyah yang dikembangkan oleh ‘Aisyiyah merupakan fondasi penting dalam menghadapi persoalan sosial kontemporer dengan sikap inklusif, adil, dan solutif,” ujarnya.

PWA Sumbar berkomitmen untuk mengarusutamakan hasil Tanwir ke dalam program kerja daerah, baik melalui sinergi dengan pemerintah daerah, organisasi masyarakat, maupun media.

“Tanwir telah usai, tapi perjuangan kita justru baru dimulai. Kami percaya, perempuan adalah kunci perubahan menuju Indonesia yang berdaulat, maju, dan berkeadilan,” tutup Syur’aini.

Related posts