MINANGKABAUNEWS.com, PADANG PANJANG – Ada yang berbeda ketika 19 guru MTs Muhammadiyah Lubuk Alung melangkahkan kaki ke halaman Pesantren KAUMAN Muhammadiyah Padang Panjang pagi itu. Bukan sekadar kunjungan biasa, namun sebuah misi khusus: membongkar formula sukses pesantren yang kini jadi buah bibir di kalangan pendidik.
Senin pagi yang cerah itu, atmosfer berbeda langsung terasa. Sambutan tak terduga menyapa para tamu—seorang santri maju ke depan, membawakan puisi dengan penuh jiwa. Lantunan kata-katanya mampu menghentikan waktu sejenak, menyentuh relung hati setiap guru yang hadir. Decak kagum spontan pecah. Inilah Pesantren KAUMAN, tempat di mana setiap detik adalah pembelajaran.
Mengintip Dapur Pengelolaan Pesantren Unggulan
Yang membuat kunjungan ini istimewa adalah sesi eksklusif selama satu jam penuh bersama sang kapten kapal—Dr. Derliana, MA, Mudir Pesantren KAUMAN. Dengan gaya penuturan yang lugas namun memikat, beliau membuka tabir pengelolaan pesantren yang selama ini menjadi misteri bagi banyak lembaga pendidikan.
“Banyak yang bertanya, apa kunci kemajuan kami? Jawabannya sederhana namun powerful: empat pilar yang harus berdiri kokoh bersama,” ungkap Dr. Derliana sambil menampilkan slide presentasinya.
Empat pilar itu adalah administrasi yang rapi, tata usaha yang efisien, bimbingan konseling yang menyentuh jiwa, dan kesiswaan yang dinamis. Bukan sekadar teori, Dr. Derliana membagikan praktik nyata, strategi jitu, hingga rahasia mengapa keempat bidang ini tak boleh berjalan sendiri-sendiri.
“Bayangkan sebuah orkestra,” lanjutnya dengan metafora yang mudah dipahami. “Administrasi adalah konduktornya, tata usaha adalah notasi musiknya, BK adalah harmonisasi nadanya, dan kesiswaan adalah energi yang membuat pertunjukan jadi hidup. Satu saja lemah, seluruh komposisi berantakan.”
Bukan Pilihan Sembarangan
Kepala MTs Muhammadiyah Lubuk Alung, Hamdani, S.Pd., tidak menyembunyikan kekagumannya. Dengan nada penuh apresiasi, ia mengungkapkan alasan fundamental memilih Pesantren KAUMAN sebagai destinasi belajar.
“Kami tidak asal pilih. Pesantren KAUMAN punya reputasi sebagai pabrik kader-kader unggul. Yang lebih mencengangkan, perkembangannya seperti roket—cepat, terukur, dan terarah. Sistem pengelolaannya modern, tapi tetap berjiwa pesantren. Kombinasi langka yang kami cari,” ujar Hamdani dengan mata berbinar.
Terjun Langsung ke Medan Sesungguhnya
Teori saja tidak cukup. Setelah pemaparan yang menggugah, para guru dibagi dalam kelompok-kelompok kecil. Masing-masing mendapat privilege akses langsung ke jantung operasional: ruang Tata Usaha yang tertata rapi, pojok Bimbingan Konseling yang hangat, dan markas Kesiswaan yang penuh kreativitas.
Di sana, bukan sekadar melihat. Dialog hidup mengalir. Pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan. Pengalaman ditukar. Tantangan dibedah bersama. Solusi-solusi kreatif lahir dari diskusi spontan. Tak ada sekat antara tuan rumah dan tamu—yang ada hanya sesama pendidik yang bersemangat memajukan dunia pendidikan.
Kekeluargaan yang terjalin begitu kental. Tawa dan candaan mewarnai setiap sudut percakapan, membuktikan bahwa belajar tidak harus kaku dan formal.
Jejaring Baru Terjalin
Makan siang bersama menjadi penutup yang sempurna. Di tengah kehangatan hidangan, cenderamata berpindah tangan—bukan sekadar benda, tapi simbol ikatan yang telah terjalin. Sebuah jejaring baru terbentuk hari itu, membuka peluang kolaborasi masa depan yang lebih erat.
Bagi Pesantren KAUMAN, ini adalah kesempatan untuk terus berbagi. Bagi MTs Muhammadiyah Lubuk Alung, ini adalah awal transformasi. Dan bagi pendidikan Muhammadiyah di Sumatera Barat, ini adalah angin segar yang membawa harapan baru.
Satu pertanyaan tersisa: kapan giliran lembaga pendidikan lainnya yang akan mengikuti jejak ini? (TR)
Rahasia di Balik Kesuksesan Pesantren KAUMAN yang Bikin 19 Guru Rela Datang Jauh-Jauh untuk Belajar






