Oleh: Advokat Ki Jal Atri Tanjung
(Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Barat)
Ada sebuah kearifan lama yang hampir terlupakan di tengah hiruk-pikuk modernisasi pembangunan daerah. Sebuah sistem yang telah terbukti selama berabad-abad mampu menyatukan masyarakat, mengelola sumber daya dengan bijaksana, dan menciptakan kesejahteraan bersama. Sistem itu bernama nagari.
Kini, di tengah berbagai tantangan pembangunan yang kita hadapi, konsep “Kembali ke Nagari” bukan sekadar nostalgia masa lalu, melainkan sebuah revolusi sunyi yang dapat mengubah wajah Sumatera Barat menjadi provinsi paling maju dan sejahtera di Indonesia.
Nagari bukanlah desa biasa. Ia adalah unit pemerintahan terendah di Sumatera Barat yang memiliki DNA berbeda dari konsep desa di tempat lain. Di dalam nagari, terdapat kearifan dalam mengelola kehidupan bersama yang telah teruji oleh waktu. Setiap keputusan lahir dari musyawarah, setiap sumber daya dikelola untuk kepentingan bersama, dan setiap warga memiliki hak suara yang sama.
Namun dalam perjalanan sejarah, sistem nagari sempat tergerus oleh kebijakan sentralistik yang menyeragamkan pemerintahan desa di seluruh Indonesia. Akibatnya, keunikan dan kekuatan nagari perlahan memudar. Partisipasi masyarakat menurun, pengelolaan sumber daya lokal menjadi tidak optimal, dan kesejahteraan yang dijanjikan pembangunan terasa semakin jauh dari genggaman.
Kini saatnya kita membalikkan arah. Kembali ke nagari bukan berarti mundur ke masa lalu, tetapi maju dengan membawa nilai-nilai luhur yang telah terbukti efektif.
Substansi dari konsep kembali ke nagari bertumpu pada empat pilar fundamental. Pertama, penguatan otonomi daerah yang sesungguhnya—bukan sekadar slogan, tetapi kewenangan nyata bagi nagari untuk menentukan arah pembangunannya sendiri.
Kedua, peningkatan partisipasi masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan. Bayangkan jika setiap warga tidak hanya menjadi objek pembangunan, tetapi subjek yang aktif merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi setiap program di nagari mereka.
Ketiga, pengelolaan sumber daya lokal yang berbasis pada potensi dan kebutuhan setempat. Setiap nagari memiliki keunikan tersendiri—ada yang kaya akan hasil pertanian, ada yang memiliki potensi pariwisata, ada pula yang unggul dalam kerajinan tradisional. Pengelolaan yang tepat akan mengubah potensi ini menjadi kesejahteraan nyata.
Keempat, peningkatan kesejahteraan masyarakat yang dapat dirasakan langsung dalam kehidupan sehari-hari. Bukan angka-angka statistik di kertas, tetapi perubahan konkret yang dapat dilihat, dirasakan, dan dinikmati oleh setiap warga nagari.
Tentu saja, konsep seindah apa pun akan sia-sia tanpa implementasi yang kuat. Di sinilah pentingnya penguatan kelembagaan nagari. Aparatur nagari perlu dibekali dengan kapasitas yang memadai melalui pelatihan dan pendidikan berkelanjutan. Mereka bukan sekadar pelaksana kebijakan dari atas, tetapi pemimpin yang memahami kebutuhan masyarakat dan mampu menerjemahkannya menjadi program-program konkret.
Sistem administrasi dan manajemen nagari harus diperbaharui agar lebih efektif dan efisien. Di era digital ini, tidak ada alasan lagi untuk mengelola nagari dengan cara-cara konvensional yang memakan waktu dan rentan terhadap kesalahan.
Partisipasi masyarakat harus difasilitasi dengan baik. Bukan hanya dalam bentuk musyawarah formal yang kaku, tetapi melalui berbagai forum dan mekanisme yang memudahkan setiap warga untuk menyampaikan aspirasinya—baik secara langsung maupun melalui platform digital.
Infrastruktur nagari, baik fisik maupun non-fisik, harus terus dikembangkan untuk mendukung berbagai aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat. Dan yang tidak kalah penting, transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan nagari harus ditegakkan tanpa kompromi. Setiap rupiah yang dikelola adalah amanah dari rakyat dan untuk rakyat.
Namun, kita harus jujur mengakui bahwa nagari tidak bisa berjalan sendirian. Dukungan dari berbagai pihak, terutama pemerintah provinsi dan pusat, menjadi kunci keberhasilan. Alokasi anggaran yang memadai harus disediakan untuk memastikan setiap program dapat berjalan optimal.
Kebijakan yang dikeluarkan harus benar-benar mendukung penguatan nagari, bukan malah membelenggunya dengan birokrasi yang rumit. Akses ke sumber daya dan teknologi harus dipermudah agar nagari dapat berinovasi dan berkembang sesuai dengan zamannya. Dan yang tak kalah penting, jaringan kerja sama dengan berbagai lembaga—baik pemerintah, swasta, maupun organisasi masyarakat sipil—harus terus dikembangkan untuk membuka peluang-peluang baru.
Lalu seperti apa wajah nagari yang kita cita-citakan? Nagari masa depan adalah nagari yang maju secara ekonomi, dengan sistem ekonomi yang kuat dan beragam. Bukan hanya bergantung pada satu sektor, tetapi memiliki berbagai sumber pendapatan yang memanfaatkan potensi lokal secara optimal. Petani tidak hanya menjual hasil panen mentah, tetapi mampu mengolahnya menjadi produk bernilai tambah tinggi. Pengrajin tidak hanya menghasilkan kerajinan untuk pasar lokal, tetapi mampu menembus pasar nasional bahkan internasional.
Nagari masa depan juga mandiri dalam mengelola dirinya sendiri. Pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel menjadi tulang punggung. Setiap keputusan diambil melalui proses yang demokratis, melibatkan partisipasi aktif masyarakat, dan dipertanggungjawabkan dengan jelas.
Infrastruktur yang memadai—jalan yang mulus, listrik yang stabil, air bersih yang mengalir, dan internet yang cepat—menjadi prasyarat untuk mendukung berbagai aktivitas ekonomi dan sosial. Tanpa infrastruktur yang baik, segala potensi akan sulit untuk diwujudkan.
Yang terpenting, nagari masa depan adalah nagari yang sejahtera. Program-program pendidikan memastikan setiap anak mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensinya. Layanan kesehatan yang berkualitas menjangkau seluruh warga tanpa diskriminasi. Program kesejahteraan sosial hadir untuk membantu mereka yang membutuhkan.
Lingkungan yang sehat, aman, dan nyaman menjadi hak setiap warga. Teknologi dan inovasi dimanfaatkan bukan untuk menggantikan nilai-nilai kemanusiaan, tetapi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Sumatera Barat memiliki segalanya untuk mewujudkan mimpi ini. Sumber daya alam yang melimpah, dari pantai yang indah hingga pegunungan yang hijau, dari lahan pertanian yang subur hingga potensi tambang yang besar. Lebih dari itu, Sumatera Barat diberkahi dengan sumber daya manusia yang berkualitas—cerdas, kreatif, dan berjiwa perantau yang tak pernah menyerah.
Yang kita butuhkan kini adalah komitmen bersama untuk mengimplementasikan konsep kembali ke nagari dengan sungguh-sungguh. Bukan sekadar wacana di ruang-ruang seminar, tetapi aksi nyata di lapangan. Bukan sekadar proyek jangka pendek untuk mengejar target politik, tetapi gerakan jangka panjang untuk membangun peradaban.
Ketika setiap nagari di Sumatera Barat menjadi maju, mandiri, dan sejahtera, maka Sumatera Barat akan menjadi provinsi yang maju, mandiri, dan sejahtera. Bukan mustahil, suatu hari nanti Sumatera Barat akan menjadi contoh bagi provinsi-provinsi lain di Indonesia, bahkan menjadi inspirasi bagi daerah-daerah lain di dunia tentang bagaimana mengelola pemerintahan lokal dengan baik.
Jalan masih panjang, tantangan masih banyak, tetapi dengan semangat gotong royong dan komitmen yang teguh, tidak ada yang mustahil. Mari kita wujudkan bersama: nagari yang berkemajuan dan mensejahterakan untuk Sumatera Barat yang lebih baik.
Salam kemajuan untuk semua nagari di Ranah Minang.





