MINANGKABAUNEWS.com, PADANG – Rektor Universitas Muhammadiyah (UM) Sumatera Barat, Dr. Riki Saputra, menyampaikan ceramah Ramadhan di Masjid Taqwa Muhammadiyah Sumbar, Senin (10/3/2025). Dalam ceramah bertajuk “Bayani, Burhani, dan Irfani sebagai Jalan Menuju Furqan”, beliau menjelaskan bagaimana tiga pendekatan dalam memahami Islam dapat menjadi kunci mendapatkan “Furqan”, yaitu kemampuan membedakan yang benar dan yang salah, sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Anfal: 29.
“Allah SWT berfirman dalam Al-Anfal ayat 29: ‘Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu Furqan, menghapus kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni dosa-dosamu…’ Ayat ini menunjukkan bahwa ketakwaan membawa kita kepada Furqan, yaitu pemahaman yang jernih terhadap kebenaran. Untuk mencapainya, kita perlu menggabungkan tiga pendekatan ilmu: Bayani (tekstual), Burhani (rasional), dan Irfani (spiritual),” jelas Dr. Riki.
Tiga Pendekatan dalam Memahami Kebenaran
1. Bayani (Tekstual dan Otoritatif)
Berbasis pada dalil Al-Qur’an, Hadis, dan ijtihad ulama dalam tafsir serta fiqh.
Imam Syafi’i menekankan metode ini dalam merumuskan hukum Islam.
Contohnya, dalam memahami kewajiban puasa, kita merujuk pada QS. Al-Baqarah: 183 yang menegaskan bahwa puasa diperintahkan untuk mencapai ketakwaan.
2. Burhani (Rasional dan Logis)
Menggunakan argumentasi logis dan ilmiah dalam memahami Islam.
Digunakan dalam filsafat Islam dan ilmu kalam oleh tokoh seperti Al-Farabi, Ibn Sina, dan Imam Al-Ghazali.
Contohnya, keberadaan Tuhan dapat dibuktikan melalui Dalil Kausalitas dan Dalil Keteraturan Alam.
3. Irfani (Spiritual dan Makrifat)
Mengedepankan pengalaman batin dan intuisi dalam memahami hakikat agama.
Dikembangkan dalam tasawuf oleh Syekh Abdul Qadir al-Jailani, Ibnu Arabi, dan Rumi.
Contohnya, seorang sufi tidak hanya mengetahui bahwa shalat itu wajib (bayani) dan bermanfaat bagi jiwa (burhani), tetapi juga merasakan kedekatan dengan Allah dalam setiap rukuk dan sujud (irfani).
Ketakwaan sebagai Kunci Furqan
Dr. Riki menjelaskan bahwa ketakwaan bukan hanya tentang menjalankan ibadah secara lahiriah, tetapi juga mencakup pemahaman yang benar (Bayani), pemikiran yang jernih (Burhani), dan hati yang bersih (Irfani).
“Seorang yang hanya mengandalkan teks (Bayani) bisa terjebak dalam formalitas tanpa memahami esensi. Sebaliknya, orang yang hanya mengandalkan akal (Burhani) tanpa wahyu bisa tersesat. Dan mereka yang hanya mengandalkan spiritualitas (Irfani) tanpa ilmu bisa terjebak dalam kesesatan batin. Islam mengajarkan keseimbangan,” tegasnya.
Dalam konteks QS. Al-Anfal: 29, ketakwaan menjadi syarat utama untuk memperoleh Furqan, yaitu kejelasan dalam melihat mana yang benar dan salah. Dr. Riki menekankan bahwa di era digital yang penuh hoaks dan fitnah, umat Islam harus mengasah ketakwaan dengan pendekatan yang seimbang antara Bayani, Burhani, dan Irfani.
Acara ini merupakan bagian dari rangkaian kajian Ramadhan di Masjid Taqwa Muhammadiyah Sumbar, yang bertujuan untuk memperdalam pemahaman umat terhadap ajaran Islam secara komprehensif.





