MINANGKABAUNEWS.com, PADANG — Dalam suasana khidmat dan penuh makna, Prof. Dr. Sobhan Lubis hadir sebagai pembicara utama dalam kajian spesial bertajuk “Ridho untuk Kepatuhan Total” yang digelar di Masjid Taqwa Muhammadiyah Sumatera Barat, Jumat malam (6/6). Acara ini menyedot perhatian ratusan jamaah dari berbagai kalangan, termasuk tokoh akademisi dan profesional muda.
Mengangkat isu mendalam tentang relasi antara kehendak manusia dan kehendak Ilahi, Prof. Sobhan menyoroti pentingnya kepatuhan sebagai bentuk tertinggi dari keimanan. “Kepatuhan bukan sekadar rutinitas ritual. Ia adalah bentuk ridho hati terhadap seluruh ketentuan Allah, bahkan ketika bertentangan dengan ego dan logika duniawi,” ujar Guru Besar Syariah Islam ini.
Dalam penyampaiannya, Prof. Sobhan mengajak jamaah untuk menginternalisasi makna ridho dalam seluruh aspek kehidupan, mulai dari profesi, bisnis, hingga keputusan-keputusan sulit dalam hidup. “Ridho adalah titik di mana jiwa berhenti berontak, dan mulai tunduk sepenuhnya pada aturan Tuhan. Di situlah kebebasan sejati justru dimulai,” tambahnya.
Lebih jauh, Prof. Sobhan membawakan kisah monumental Nabi Ibrahim ‘alaihis salam sebagai contoh teladan agung dalam hal ridho. Betapa dalam ujian-ujian terberat, Ibrahim tetap tenang dan teguh dalam kepasrahan. Dari saat ia diperintahkan meninggalkan putranya Ismail dan istrinya Hajar di padang tandus yang gersang, hingga puncak ujian ketika diperintah menyembelih putranya sendiri, Ibrahim tidak menawar, tidak bertanya kenapa. Ia tunduk. Ia patuh. Ia ridho.
“Inilah momen ketika logika manusia menyerah, tapi hati seorang hamba bersinar. Ibrahim ridho. Hajar ridho. Ismail pun ridho. Kepatuhan yang total ini menjadi warisan spiritual yang terus kita kenang dalam ibadah haji dan qurban,” ujar Prof. Sobhan dengan suara tergetar.
Puncak suasana haru terjadi saat Prof. Sobhan menundukkan suara dan membacakan potongan ayat dari surah Al-Ma’idah:
> ٱلۡيَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِينَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ نِعۡمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَٰمَ دِينٗا
“Al-yauma akmaltu lakum dīnakum wa atmamtu ‘alaykum ni‘matī wa raḍītu lakumu al-islāma dīnā.”
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridai Islam sebagai agamamu.” (QS. Al-Ma’idah: 3)
Suara Prof. Sobhan sempat bergetar. Beberapa jamaah terlihat menunduk menahan tangis. Suasana menjadi syahdu dan penuh kesadaran spiritual, mengingat makna mendalam dari ayat tersebut—ayat yang menandai kesempurnaan Islam sekaligus menjadi isyarat mendekatnya perpisahan Rasulullah ﷺ dengan umatnya.
Dengan antusiasme peserta yang tinggi dan respons positif terhadap materi, kajian ini dinilai berhasil menjadi momentum kontemplatif yang membuka ruang bagi pemaknaan baru terhadap konsep ridho, kepatuhan spiritual, dan makna kesempurnaan agama dalam kehidupan modern. Kisah Ibrahim dan keluarganya menjadi penegas bahwa dalam kepatuhan total ada cahaya kemuliaan, dan dalam ridho ada ketenangan hakiki yang tak bisa digantikan oleh dunia.






