MINANGKABAUNEWS.COM, JAKARTA — Belum lama ini sejumlah kota di Indonesia mengalami fenomena hujan es. Seperti yang yang terjadi di wilayah di Kota Surabaya pada Senin (21/2) lalu.
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda menjelaskan bahwa hujan es yang terjadi di Surabaya itu terjadi karena suhu konvektif sebagai syarat terjadinya awan konvektif tercapai, sehingga membentuk awan Cumulonimbus yang relatif tinggi.
Selain itu, penyebab lain juga terlihat saat nilai reflektivitas awan penghujan pada Citra Radar terbilang tinggi, sekitar 50-60 dBZ.
Lantas Mengapa Hujan Es Bisa Terjadi?
Melansir laman BMKG, hujan es dalam ilmu meteorologi disebut juga dengan ‘hail’. Hujan es ini adalah presipitasi yang terdiri atas bola-bola es.
Fenomena hujan es merupakan fenomena cuaca alamiah yang biasa terjadi. Kejadian hujan lebat atau es disertai kilat dan angin kencang berdurasi singkat lebih banyak terjadi pada masa transisi musim baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.
Adapun fenomena hujan es ini biasanya memiliki tanda-tanda yang bisa dirasakan. Seperti suhu udara hingga kemunculan awan Cumulus. Berikut tanda-tanda selengkapnya.
Indikasi Terjadinya Hujan Lebat/Es
1. Satu hari sebelumnya udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah
2. Udara terasa panas dan gerah diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (> 4.5°C) disertai dengan kelembaban yang cukup tinggi ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara di lapisan 700 mb (> 60%)
3. Mulai pukul 10.00 pagi terlihat tumbuh awan Cumulus (awan putih berlapis – lapis), di antara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi seperti bunga kol
4. Tahap berikutnya awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu-abu atau hitam yang dikenal dengan awan Cb (Cumulonimbus)
5. Pepohonan di sekitar memiliki dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat
6. Terasa ada sentuhan udara dingin di sekitar
7. Biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba-tiba, apabila hujannya gerimis maka kejadian angin kencang jauh
8. Jika 1-3 hari berturut-turut tidak ada hujan pada musim transisi/pancaroba/penghujan, maka ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun diikuti angin kencang baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun yang tidak.
Seperti yang diketahui, sebelum terjadinya hujan es, kerap kali angin kencang berdurasi singkat muncul terlebih dahulu. Angin ini memiliki sifat-sifat khusus, di antaranya:
– Sangat lokal
– Luasannya berkisar 5-10 km
– Waktunya singkat sekitar kurang dari 10 menit
– Lebih sering terjadi pada peralihan musim (pancaroba)
– Lebih sering terjadi pada siang atau sore hari, dan terkadang menjelang malam hari
– Bergerak secara garis lurus
– Tidak bisa diprediksi secara spesifik, hanya bisa diprediksi 0,5-1 jam sebelum kejadian jika melihat atau merasakan tanda-tandanya dengan tingkat keakuratan < 50 %
– Hanya berasal dari awan Cumulonimbus (bukan dari pergerakan angin monsoon maupun pergerakan angin pada umumnya), tetapi tidak semua awan Cb menimbulkan puting beliung
– Kemungkinannya kecil untuk terjadi kembali di tempat yang sama.
Nah, itulah penjelasan mengenai alasan hujan es bisa terjadi di Indonesia. Apakah detikers pernah melihat fenomena ini secara langsung