Tak Direspon Pemda, PPNP Bersama Asosiasi Kopi Minang Kolaborasi Bahas Pengembangan Produk Turunan Kopi di Sumbar

  • Whatsapp
Foto bersama pada sesi penutupan FGD Pengembangan Produk Turunan Kopi yang digelar PPNP Sumatera Barat, Rabu (19/11/2025). (Foto: Aking Romi Yunanda)

MINANGKABAUNEWS.COM, LIMAPULUH KOTA — Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh (PPNP) Sumatera Barat bersama Asosiasi Kopi Minang dan para petani kopi lokal menjalin kolaborasi untuk melahirnya inovasi produk turunan kopi di Kabupaten Lima Puluh Kota dan Sumatera Barat khususnya.

Upaya ini ditegaskan dalam Focus Group Discussion (FGD) bertema “Sinergi Inovasi Produk Turunan Kopi” yang digelar di Ruang Sidang 1 Lantai IV Gedung Baru kampus PPNP, kawasan Tanjung Pati, Rabu (19/11/2025).

Read More

Wakil Direktur 1 PPNP Sumatera Barat, Jamaluddin, menyebut kolaborasi ini diharapkan menghasilkan langkah nyata dalam bentuk kebijakan dan program pengembangan komoditas kopi di Sumbar.

“Kolaborasi ini, kalau bisa capaiannya adalah dalam bentuk kebijakan dari pemerintah daerah dan penyusunan program pengembangan hasil produksi dan produk turunan kopi, yang merupakan salah satu komoditi pertanian yang sangat potensial di Sumbar,” ujar Jamaluddin dalam sambutannya sekaligus menutup kegiatan FGD.

Melalui kolaborasi dengan asosiasi dan akademisi, Jamaluddin berharap roadmap pengembangan kopi Minang dapat disusun secara komprehensif dan berkelanjutan, terutama dalam menghadirkan inovasi produk turunan yang bernilai ekonomi tinggi.

FGD ini turut menghadirkan akademisi Politeknik Negeri Lampung, Dwi Eva Nirmagustina, sebagai narasumber dalam sesi kedua. Dwi membahas strategi dan inovasi produk turunan kopi, mulai dari tren, teknologi dan peluang pasar.

Menurutnya, langkah tersebut juga menjadi bagian dari program Revitalisasi Perguruan Tinggi Vokasi yang disasar oleh PPNP. Menurutnya, Sumatera Barat khususnya Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki peluang besar untuk memperkuat ekosistem industri kopi jika mampu mengembangkan produk turunan yang bernilai tambah tinggi.

Oleh sebab itu, butuh upaya bersama untuk mempercepat pengembangan produksi, industri, dan hilirisasi kopi di Sumatera Barat. Fokus pembahasannya mencakup penguatan budidaya, peningkatan kualitas produksi pertanian kopi, hingga strategi branding dan pemasaran agar kopi Minang dapat bersaing di pasar nasional dan internasional.

Dalam materi diskusi siang itu, dia menjabarkan bahwa keberlanjutan dan kemajuan industri kopi lokal membutuhkan dukungan lebih serius dari pemerintah daerah. Hal itu pun turut diamini sejumlah anggota Asosiasi Kopi Minang.

“Kita sepakat bahwa kolaborasi ini butuh program konkret dalam bentuk kebijakan dari pemerintah daerah untuk mencapai tujuan pengembangan industri dan produk turunan kopi di Sumbar,” serunya.

Pemda Limapuluh Kota Dinilai Slow Respon

FGD yang digelar oleh PPNP dengan mengundang sejumlah unsur, mulai dari unsur pemerintah daerah setempat, melibatkan akademisi pertanian, wali nagari, pelaku industri hingga para petani kopi lokal, nyatanya kurang mendapat respon pemerintah daerah setempat.

Sebab, sejumlah pejabat termasuk Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtkultura Kabupaten Limapuluh Kota, Witra, yang sengaja diundang oleh PPNP, terkesan hanya datang untuk menghadiri pembukaan acara.

“Padahal, pertemuan FGD ini kalau dimanfaatkan oleh bapak-bapak pejabat kita dari Pemda Limapuluh Kota, bisa menghasilkan program kegiatan unggulan untuk pengembangan potensi pertanian. Sangat disayangkan sekali,” celetuk sejumlah pelaku industri kopi.

Dalam sesi pertama hari sebelumnya, panitia FGD menghadirkan Master Kopi Gayo yang juga Owner ASA Coffee Gayo dari Aceh, Armiyadi. Pelaku industri kopi yang sudah ternama dan memiliki lahan sekitar 150 ribu hektar di Aceh, sempat berbagi pengalaman dan ilmu soal teknik pengolahan kebun kopi, hingga pemasaran kopi yang sudah merambah ke berbagai mancanegara. (akg)

Related posts