MINANGKABAUNEWS.com, PASAMAN BARAT — Tumpukan bijih besi yang sempat terlihat menggunung di dekat Pelabuhan Teluk Tapang, Kabupaten Pasaman Barat, pada Desember 2024 kini telah lama dikirim ke Tiongkok. Namun, jejaknya masih menyisakan tanda tanya: ke mana sebenarnya kontribusi dari aktivitas ekspor tambang ini mengalir?
Dalam beberapa bulan terakhir, desakan publik untuk menutup tambang bijih besi di kawasan Air Bangis makin kuat. “Tambang ini tidak memberikan manfaat signifikan bagi masyarakat,” ujar seorang tokoh lokal yang enggan disebut namanya. “Kami melihat jalan tetap rusak, air bersih tak tersedia, dan tidak ada jaminan ekonomi bagi warga sekitar.”
Isu utama yang mencuat adalah transparansi dana kontribusi sosial dari perusahaan tambang. Dana tersebut semestinya digunakan untuk pembangunan dan kesejahteraan masyarakat lokal. Namun, laporan di lapangan menyebutkan bahwa sebagian dana masih “mengendap” di kantor wali nagari dan belum sepenuhnya digunakan untuk proyek konkret.
Salah satu warga, aktivis muda Air Bangis, mempertanyakan distribusi dana tersebut. “Apakah ada laporan keuangan terbuka? Kami butuh transparansi. Jangan sampai uang hasil tambang hanya singgah di meja birokrasi tanpa menyentuh kebutuhan rakyat.”
Sementara itu, pihak perusahaan tambang belum memberikan pernyataan resmi terkait permintaan audit dan klarifikasi distribusi dana kontribusi yang selama ini dijanjikan.
Advokat yang juga Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumbar, Ki Jal Atri Tanjung, menyatakan bahwa konflik kepentingan antara korporasi dan komunitas lokal adalah isu klasik di sektor ekstraktif Indonesia. “Tanpa keterlibatan masyarakat dalam perencanaan dan pengawasan, dana CSR atau kontribusi sosial kerap tidak efektif, bahkan hilang tanpa jejak,” jelasnya.
Tambang bijih besi di Teluk Tapang memang memainkan peran penting dalam rantai ekspor Indonesia–China, namun pertanyaan fundamental tetap ada: siapa yang paling diuntungkan? Dan apakah keuntungan itu sebanding dengan dampak ekologis dan sosial yang harus ditanggung masyarakat Air Bangis?
Untuk saat ini, banyak pihak menanti jawaban yang tegas dari pemerintah nagari dan kabupaten. Tanpa itu, tambang ini mungkin hanya akan menjadi kisah klasik tentang bagaimana kekayaan sumber daya alam tidak selalu berbanding lurus dengan kesejahteraan masyarakat lokal.






