Pesisir Selatan – Suasana haru menyelimuti Nagari Sungai Gambir, Kecamatan Ranah Ampek Hulu Tapan, Selasa (28/10). Di tengah hamparan perbukitan hijau, satu keluarga kecil akhirnya bisa tersenyum lega. Mereka adalah keluarga Amrul, warga miskin yang selama ini tinggal di gubuk tak layak huni.
Bertahun-tahun Amrul hidup di bawah bayang kemiskinan. Rumahnya berdinding papan lapuk, beratap seng bocor, dan berlantaikan tanah. Namun hari itu menjadi lembar baru bagi kehidupannya. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan melalui Baznas menyerahkan bantuan pembangunan rumah layak huni.
Amrul tampak terisak saat menyambut kehadiran Ketua TP-PKK Pesisir Selatan, Dr. Hj. Lisda Hendrajoni, bersama Wakil Bupati Risnaldi Ibrahim. Kedatangan keduanya bukan sekadar simbolik, melainkan bentuk nyata kepedulian pemerintah terhadap masyarakat kecil.
Bagi Amrul, bantuan ini lebih dari sekadar rumah. Ia menyebutnya sebagai “jawaban dari doa panjang.” Selama bertahun-tahun, ia hanya bisa bertahan dalam rumah yang nyaris roboh setiap kali hujan turun.

Rumah lama Amrul tak memiliki kamar tidur, kamar mandi, atau ventilasi yang baik. Seluruh anggota keluarga tidur dalam satu ruangan kecil, berbagi udara lembap dan dinding berjamur.
Lisda Hendrajoni, yang juga Anggota Komisi VIII DPR RI, menuturkan bahwa perhatian terhadap keluarga miskin harus dimulai dari kebutuhan dasar: papan yang layak. “Rumah bukan hanya tempat tinggal, tapi juga pondasi kesehatan keluarga,” ujarnya.
Lisda menilai kondisi tempat tinggal sangat memengaruhi tumbuh kembang anak. Ia mencontohkan, salah satu anak Amrul mengalami gejala stunting akibat kekurangan gizi dan sanitasi yang buruk.
Menurutnya, program pembangunan rumah layak huni tidak hanya mengatasi kemiskinan struktural, tetapi juga mendukung penurunan angka stunting di daerah. “Rumah sehat membantu keluarga menjaga pola makan, kebersihan, dan kesehatan anak-anak,” tambahnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Risnaldi Ibrahim menegaskan bahwa pemerintah daerah berupaya menjangkau masyarakat miskin hingga ke pelosok nagari. “Kita tidak ingin ada warga yang dibiarkan hidup tanpa harapan,” katanya.

Ia menginstruksikan agar seluruh wali nagari aktif mengidentifikasi warga miskin yang membutuhkan bantuan serupa. “Kalau bisa, setiap nagari punya satu program gotong royong rumah layak huni,” ujar Risnaldi.
Baznas Kabupaten Pesisir Selatan menjadi mitra penting dalam program tersebut. Melalui zakat dan infak masyarakat, dana sebesar Rp20 juta dialokasikan untuk memperbaiki rumah Amrul.
Pengerjaan rumah difokuskan pada penggantian dinding lapuk, pemasangan lantai semen, serta atap baru yang lebih kuat. Selain itu, disiapkan pula bantuan tambahan berupa jamban sehat dari pemerintah nagari.
Menurut Ketua Baznas Pesisir Selatan, bantuan seperti ini menunjukkan bahwa dana umat benar-benar kembali kepada masyarakat yang membutuhkan. “Setiap rupiah zakat yang disalurkan memberi kehidupan baru bagi keluarga miskin,” ujarnya.
Amrul tak kuasa menahan air mata saat menerima kunci rumah barunya. Ia mencium tangan Lisda dan Risnaldi sebagai tanda terima kasih. “Kami tak pernah bermimpi punya rumah sebaik ini,” ucapnya lirih.
Kisah keluarga Amrul menjadi cerminan bahwa kemiskinan bukan akhir dari segalanya. Dengan uluran tangan dan sinergi berbagai pihak, kehidupan bisa berubah.

Bagi warga sekitar, kehadiran rumah baru Amrul menjadi simbol kebangkitan sosial. Banyak yang merasa terinspirasi untuk ikut membantu tetangga lain yang masih hidup dalam kesulitan.
Program rumah layak huni ini juga menjadi bagian dari upaya Pemkab Pesisir Selatan mewujudkan pembangunan inklusif yang menyentuh seluruh lapisan masyarakat.
Dalam beberapa tahun terakhir, daerah ini terus memperluas jangkauan bantuan sosial berbasis nagari. Pendekatan tersebut dinilai efektif karena lebih memahami kondisi riil di lapangan.
Lisda menegaskan, pihaknya akan terus memantau agar bantuan tidak berhenti pada simbol seremonial. “Kami ingin memastikan keluarga penerima benar-benar merasakan manfaatnya,” katanya.
Ia juga mengajak masyarakat untuk menumbuhkan budaya peduli sesama. “Bantuan pemerintah tidak akan cukup tanpa partisipasi sosial. Gotong royong adalah kekuatan bangsa ini,” ujarnya.
Bagi pemerintah daerah, rumah layak huni bukan sekadar proyek fisik, tetapi juga investasi sosial untuk masa depan generasi. Dengan lingkungan sehat, diharapkan anak-anak tumbuh lebih kuat dan cerdas.

Sementara itu, pemerintah nagari Sungai Gambir menyampaikan terima kasih atas perhatian Pemkab dan Baznas. Mereka berkomitmen menjaga keberlanjutan program serupa.
Kini, keluarga Amrul menatap masa depan dengan penuh harapan. Rumah baru itu menjadi tempat lahirnya kembali semangat hidup dan simbol kasih sayang antarwarga.
Dari gubuk reyot ke rumah layak huni, kisah Amrul menjadi saksi nyata bahwa kebaikan kecil mampu membawa perubahan besar.
Dan di tengah rintik hujan sore itu, senyum Amrul seolah mewakili suara banyak warga miskin lainnya di Pesisir Selatan — bahwa harapan tidak pernah benar-benar hilang.






