
Padang Aro – Segenap lini Pemerintah dan masyarakat di Kabupaten Solok Selatan serius dalam menyikapi dan menangani persoalan stunting di Solok Selatan.
Data Study Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 menunjukan angka prevelensi stunting di kabupaten ini masih tinggi, untuk itu perlunya bekerja terintegrasi seluruh stakeholder, mulai dari tingkat jorong, nagari, kecamatan hingga kabupaten.
“Saya berharap semua lini mengetahui serta memahami apa saja faktor penyebabnya, bagaimana terjadinya dan apa rekomendasi tim agar permasalahan stunting bisa ditindaklanjuti,” kata Bupati Solok Selatan Khairunas.
Data SSGI tahun 2022, angka prevalensi stunting Solok Selatan adalah sebesar 31,7 persen persen sementara Provinsi Sumatera Barat di angka 25,2 persen, dari target nasional sebesar 14 persen sesuai PP Nomor 72 tahun 2021.
“Kepada Kepala Dinas Kesehatan dan Dinas P2KB agar melakukan pendataan secara kongkrit sebagai data pembanding sebab data yang akurat sangat penting sebagai upaya pencegahan dan penanganan yang akan kita lakukan,” tegasnya.

Selain itu, langkah konkret perlu diambil untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang, perawatan kesehatan anak, dan peran penting ibu hamil dalam menjaga kesehatan mereka dan pertumbuhan anak-anak mereka.
Untuk diketahui, pemerintah kabupaten juga telah melaksanakan rembuk stunting mulai dari kecamatan hingga kabupaten.
Selain itu juga telah dilaksanakan diseminasi audit kasus stunting Periode I Tahun 2023 pada 4 Agustus 2023 lalu.
Pelaksana tugas Kepala Dinas Kesehatan Solok Selatan Pendewal menyebutkan prevelensi Balita stunting di Solok Selatan per 25 September 2023 sebesar 10,2 persen.
Persentase yang dicapai ini lebih baik dari target yang ditetapkan pemerintah pusat dalam percepatan penurunan stunting yaitu sebesar 14 persen pada 2024.
“Dari 10.665 Balita yang diukur per Agustus 2023, hanya 1.083 orang yang yang terindikasi stunting. Data ini diperoleh dari hasil pengukuran dan penimbangan Balita pada Posyandu di Solok Selatan pada Agustus 2023,” katanya.
Dari data tersebut, Bayi Dua Tahun (Baduta) terdiagnosa stunting sekitar 316 orang atau 8.9 persen dari total Baduta sebanyak 3.562 orang, bebernya.

Lebih lanjut Pendewal mengatakan data Balita stunting yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan ini sudah dilengkapi dangan determinan permasalahannya, sehingga memudahkan 7 OPD pengampu stunting melakukan intervensi.
Data publikasi stunting ini dibagikan kepada tujuh OPD pengampu termasuk tujuh kecamatan di Solok Selatan sehingga dapat menjadi acuan dalam upaya pelaksanaan konvergensi percepatan penurunan stunting di Solsel.
Dalam menangani permasalahan stunting semua upaya sudah dilakukan oleh Pemkab Solok Selatan termasuk sosialisasi melalui seni tradisional agar pesan stunting mudah diterima masyarakat.





