MINANGKABAUNEWS.com, JAKARTA — Bangunan sekolah Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 19 roboh saat hujan deras Kamis (6/10/2022) sore dan memakan korban jiwa tiga orang.
Bangunan yang terletak di Jalan Pinang Kalijati, Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan itu roboh sekitar pukul 14.00 WIB.
Komisioner KPAI, Jasra Putra meminta BPBD agar lebih antisipasitif menghadapi musim hujan.
Jasra Putra mengungkapkan Sekolah yang dianggap tempat yang ramah untuk anak, ternyata bisa menyebabkan meninggal, diantaranya rubuh bangunan, karena banjir, karena longsor, karena kekerasan guru dan karena menunggu angkot di sekolah. Namun sekarang ancaman anak berada di sekolah bertambah dengan datangnya musim hujan.
Menurutnya, Masuknya musim hujan mengingatkan kembali para petugas yang dimandatkan negara untuk mengaktifkan mitigasi bencana alam, jalur evakuasi, sosialisasi di lingkungan masing masing.
Peta wilayah bencana harus diaktifkan kembali, terutama fasilitas publik yang berada di daerah rawan longsor, banjir, pergerakan tanah yang aktif perlu di sosialisasikan lagi kepada masyarakat.
“Jalur evakuasi kembali perlu diaktifkan, di cek, apakah masih layak, apakah jalur dan petunjuk dapat di pahami jelas, apakah peringatan dini sudah aktif. Penting ada yang kembali mengambil tanggung jawab, mengingatkan masyarakat. Sehingga peristiwa seperti di MTS 19 Pondok Labu Jakarta Selatan jangan sampai terulang. Dengan memantau, misal ketinggian air kali,” ujar Jasra.
“Tentu saja dampak banjir dan 6 korban, membawa trauma para siswa, yang sebelumnya kita tahu di rekaman video berita media, anak anak sebelumnya sedang menikmati bermain air hujan di balik tembok yang terpampang nama besar sekolah, lalu banjir datang tiba tiba,” tuturnya.
Namun mendadak kegembiraan itu berubah seketika saat banjir menerjang tembok dan roboh, menimpa 6 korban, yang mengakibatkan 3 orang meninggal.
Lanjutnya, Dari rekaman saat evakuasi siswa yang beredar di sosal media, nampak kepanikan dan tangisan para siswa. Tentu tingkatan traumanya berbeda beda. Yang perlu ada pemulihan bersama atas peristiwa, apalagi musim hujan baru datang. Yang selalu akan membawa kekhawatiran anak anak di sekolah, akibat peristiwa tersebut.
Trauma seringkali berdampak mendalam, ketika peristiwa melekat diingatan anak, apalagi melihat langsung. Mereka seringkali terbawa pada emosi yang tidak stabil. Sehingga perlu menyampaikan apa yang mereka rasakan, sekolah bisa menyiapkan ahli kejiwaan.
Kemudian bila situasi mulai normal, ajak para siswa bersama sama keluarga korban untuk saling berbagi dan menguatkan, dengan doa bersama di sekolah, di pemakaman dan mengingatkan hal hal terbaik dari pengalaman bersama korban. Jadikan peristiwa ini sebagai pengingat perjuangan bersama yang tidak boleh terlupakan dalam semangat kebangkitan bersama di sekolah.
“KPAI juga haturkan sedalam-dalamnya atas 3 siswa MTS yang meninggal. Semoga keluarga yang ditinggalkan kuat, tabah dan sabar,” tuturnya.
Jasra Putra mengharapkan musim hujan yang datang kembali ini, mengingatkan kita semua kondisi rumah, fasilitas publik, termasuk dinas pendidikan daerah agar mengingatkan semua sekolah untuk kembali cek fasilitas yang ada, dan menyiapkan mitigasi dan jalur evakuasi ketika terjadi bencana.