Nama : Cahyani Fortunury Damayanti, Universitas Andalas, fakultas Ilmu Budaya, jurusan Sastra Minangkabau.
Minangkabau memang sangat unik untuk dikaji dan diteliti, Setiap tema dan topik kajian melahirkan suatu karya yang menarik untuk dibaca dan dianalisa. Budaya dan sejarah Minangkabau memang mempunyai sisi yang menarik untuk dikaji dan teliti. Budaya matrilinealnya yang sangat mengasyikkan untuk ditulis. Budaya matrilineal merupakan sistem kekerabatan yang mengatur garis keturunan ibu yang menjadi ciri khas adat Minangkabau. Budaya matrilineal itu sendiri merupakan simbol inspirasi bagi penulis untuk mengkaji Minangkabau. Paradoks antara matrilineal yang dipandang dari sisi budaya dan patrilineal disisi agama mencerminkan suatu usaha survival masyarakat Minangkabau mengakomodir arus globalisasi masa itu. Kita mengenal idiom yang sangat popular dan menjadi fasafah hidup masyarakat Minangkabau untuk mengakomodir kedua pendekatan matrilineal dan patrilineal yaitu Adat Basandi Syarak dan Syarak Basandi Kitabullah Dalam tradisi lisan Minangkabau. Simbiosis mutualisme antara sistem matrilineal dan sistem patrilineal membuat banyak peneliti semakin tertarik mengkaji dan menganalisis kebudayaan Minangkabau.
Dan di Minangkabau dikenal juga memiliki banyak keanekaragaman mulai dari budaya, tradisi, larangan, kepercayaan dan sampai saat sekarang masih dilestarikan dan dijaga dengan baik, salah satunya Tradisi yang ada diminangkabau adalah tradisi maantaan asok yang ada di Padang Pariaman Kecamatan 3 koto Aur malintang.
Tradisi maantaan asok dari namanya saja mungkin sudah aneh, mungkin ada yang berpikir pikir mana mungkin asokbisa diantarkan tapi itu hanya sebuah kiasan saja. Tapi sebagian dari orang Pariaman sudah tidak Asing lagi dengan tradisi maantaan asok ini mungkin ada sebagian dari daerah diPariaman nama tradisi nya berbeda tapi cara pelaksanaan tradisi ini tetap sama.
Tradisi maantaan asok ini tahapan yang sangat penting dalam tradisi uang japuik . biasanya diadakan sebelum acara batimbang Tando ( lamaran ) di adakan. Maantaan asok ini adalah proses awal silaturahmi antara keluarga perempuan dan keluarga laki-laki. Pada acara ini hanya keluarga inti saja yang pergi seperti orang tua, mamak, sumando dan keluarga terdekat.
Ketika acara maantaan asok ini di laksanakan keluarga perempuan yang datang ke rumah laki-laki dengan membawa sedikit antaran seperti kue, agar-agar, Buah-buahan sebagai buah tangan disini dari pihak keluarga laki-laki juga mempersiapkan sedikit hidangan untuk menyambut kedatangan keluarga perempuan. Kemudian mamak dan saudara laki-laki baik dari pihak laki-laki maupun perempuan naik ke atas rumah laki-laki untuk berunding masalah hetongan seperti berapa besar uang japuik yang diminta dan disepakati oleh keluarga laki-laki. Namun nantinya perwakilan keluarga perempuan diperbolehkan melakukan penawaran dan meminta keringanan sehingga mereka tidak harus terbebani oleh permintaan dari keluarga laki-laki . Jika kesepakatan belum tercapai, prosesi ini masih bisa dilanjutkan di lain waktu dan perwakilan dari pihak wanita diizinkan berdiskusi dahulu dengan keluarga besarnya sampai didapatkan kesepakatan yang diinginkan kemudian membahas hal apa saja yang dirasa perlu. Dan menyangkut kelanjutan hubungan dua keluarga yang diikat melalui perkawinan dan diselenggarakan dengan adat bajapuik, pembahasan hetongandalam musyawarah ini mencakup hal hal pokok maupun segala persyaratan yang menjadi kewajiban terutama bagi pihak perempuan. setelah berunding selesai dan mendapatkan hasil yang diinginkan dilanjutkan dengan makan bersama untuk lebih mempererat hubungan antara keluarga.
Tapi dalam tradisi maantaan asok ini yang wajib diingat adalah, Kedua calon mempelai yang akan menikah tidak diizinkan terlibat sedikitpun dalam proses ini. Semua kesepakatan mengenai nominal uang diurus seluruhnya oleh para mamak dari sang laki-laki dan perwakilan dari keluarga perempuan. Tidak ada unsur paksaan sama sekali dalam prosesi ini. Jumlah uang yang harus dibayar sebisa mungkin dirundingkan dan dimusyawarahkan sehingga tidak satupunpihak yang merasa diberatkan. Adapun kasus dimana juga terdapat keluarga yang tidak mau menurunkan permintaan mereka biasanya akan di cap buruk oleh masyarakat dan dianggap tidak memiliki adat dan tatakrama dalam bermasyarakat.
Di tempat lain tradisi maantan asok ini juga ada tapi namanya saja dan tata cara pelaksanaan saja yang berbeda seperti dipesisir selatan sebelum acara batimbang Tando di selenggarakan terlebih dahulu melaksanakan tradisi manapiakbandua.
Manapiak bandua merupakan prosesi pertama yang harus dilakukan untuk mengawali prosesi pernikahan sesuai adat Minangkabau. Inti dari prosesi ini adalah untuk memperkenalkan kedua keluarga dan menyampaikan maksud agar dapat disatukan dalam ikatan pernikahan atau bisa disebut juga manapiak bandua ini untuk meminang.
Manapiak Bandua yaitu rombongan kecil dari pihak anak daro yang biasanya terdiri dari mandeh, bapak, mamak, urang sumando, pasumandan bako yang paling dekat/ datang ke rumah keluarga calon marapulai. Rombongan kecil ini membawa buah tangan berupa kue-kue, nasi lamak baluo, pisang, dll. Dirumah calon marapulai pun , telah menunggu pula sekelompok kecil tuan rumah, yang sama pula keadaannnya dengan rombongan yang datang.
Tujuannnya dari tradisi ini adalah pihak calon anak daro menyampaikan keinginan hati hendak menjodohkan anak kemenakan perempuan mereka dengan anak kemenakan dari pihak tuan rumah.
Setelah rundingan disepakati oleh kedua belah pihak, biasanya setelah beberapa hari setelah itu pihak keluarga marapulai mendatangi pula keluarga anak daro untuk menyatakan menerima maksud hati kedatangan anak daro beberapa hari yang lalu dan mambicarakan tentang pematangan acara pernikahan.
Sebelum urutan acara resmi pernikahan dimulai menurut adat istiadat maka masing-masing pihak mengadakan acara yang disebut “Minum Kopi” dikaumnya. Acara minum kopi ini bertujuan untuk memberitahukan kepada keluarga dekat ninik mamak, urang sumando, mandeh bapak, bako bahwa kemenakan yang bersangkutan dengan anak kemenakan dari kaum lain atau istilahnya “kama angkek alek”. Perundingan menyangkut tata cara alek yang diadakan, persiapan-persiapan alek dan petugas-petugas alek, sekalian menghimpun dana bantuan/gotong royong untuk membiayai alek yang diadakan.
Disini tata cara pelaksanaan maantaan asok di Pariaman dengan manapiak bandua di pesisir selatan sama Cuma yang membedakannya di Pariaman membahas tentang uang japuiksedangkan di pesisir selatan tidak.




