MINANGKABAUNEWS.com, BOLA –Dunia sepakbola tiba-tiba jadi medan perang politik internasional. Para pakar hak asasi manusia PBB mendesak FIFA dan UEFA melarang Israel dari semua kompetisi internasional, termasuk Piala Dunia 2026. Alasannya: konflik Gaza yang dinilai melanggar hukum internasional.
Tapi Presiden AS Donald Trump langsung turun tangan. Lewat juru bicara Deplu AS, Trump dengan tegas menyatakan akan “benar-benar bekerja untuk menghentikan sepenuhnya” upaya larangan terhadap Israel. Pesan politiknya jelas: jangan coba-coba ganggu sekutu AS di kancah sepakbola dunia.
**PBB Keluarkan Jurus Keras**
Empat pakar HAM independen PBB tak main-main dalam seruannya. Berdasarkan laporan komisi penyelidikan, mereka menuduh Israel melakukan “genosida yang sedang berlangsung” di Gaza dan meminta FIFA-UEFA bertindak tegas.
Argumen mereka simpel tapi menohok: badan olahraga tak boleh tutup mata terhadap pelanggaran HAM masif. Mereka mencontohkan sanksi terhadap Rusia sebagai preseden yang seharusnya diterapkan juga ke Israel.
“Tim nasional yang mewakili negara pelaku pelanggaran HAM berat harus ditangguhkan,” tegas para pakar PBB.
**Trump Siap Perang Politik**
Respons AS datang kilat. Trump dan timnya tak mau Israel dikucilkan dari sepakbola dunia, apalagi menjelang Piala Dunia 2026 yang sebagian diselenggarakan di Amerika.
Yang bikin situasi makin panas: pengundian putaran final Piala Dunia 2026 bakal digelar di Washington D.C., tepat di jantung kekuasaan Trump. Ini jadi senjata politik ampuh buat AS untuk menekan FIFA.
Sikap AS ini menciptakan konfrontasi langsung antara tekanan kemanusiaan dari PBB versus intervensi politik dari negara adidaya. FIFA dan UEFA kini terjepit di posisi yang sangat tidak nyaman.
**FIFA di Posisi Sulit**
Presiden FIFA Gianni Infantino sekarang duduk di kursi panas. Di satu sisi, ada tekanan moral dari lembaga HAM global yang menuntut konsistensi seperti kasus Rusia. Di sisi lain, ada ancaman politik dari salah satu tuan rumah Piala Dunia 2026.
Keputusan FIFA akan menentukan: apakah mereka akan konsisten menerapkan prinsip HAM seperti sanksi ke Rusia, atau tunduk pada tekanan geopolitik dari Washington?
**Sepakbola vs Geopolitik**
Kasus ini memperlihatkan betapa sulitnya memisahkan olahraga dari politik internasional. Slogan “sepakbola untuk semua” FIFA kini diuji dalam situasi yang jauh lebih rumit ketimbang kasus Rusia.
Israel sendiri masih lolos ke babak playoff kualifikasi Piala Dunia 2026. Tapi masa depan mereka di turnamen akbar itu kini bergantung pada keputusan politik yang jauh melampaui urusan lapangan hijau.
Pertanyaannya: akankah FIFA berani menentang AS demi prinsip HAM, atau memilih jalur aman dengan mengabaikan seruan PBB?






