MINANGKABAUNEWS.com, PADANG PANJANG — Dari sebuah kota sejuk di jantung Sumatera Barat, Pondok Pesantren Muhammadiyah Kauman Padang Panjang menapaki jalur baru: internasionalisasi pendidikan Islam. Di bawah kepemimpinan Dr. Derliana, M.A.—sosok yang akrab disapa “Umi” oleh santri-santrinya—institusi ini merumuskan ulang visinya: dari benteng warisan ke poros inovasi pendidikan global.
Didirikan sejak awal abad ke-20, Kauman telah lama menjadi ikon pendidikan Islam modern. Namun, era baru dimulai ketika Dr. Derliana, yang dinobatkan sebagai Kepala Madrasah Terbaik Nasional tahun 2016, memimpin transformasi besar. Pada 2018, ia melakukan kunjungan akademik ke Finlandia—negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia. Bukan sekadar observasi, kunjungan ini melahirkan cetak biru pengembangan kurikulum berbasis riset dan pembelajaran humanistik di Kauman.
“Kami tak ingin sekadar mempertahankan nama besar. Kami ingin Kauman tampil sebagai pusat keunggulan pendidikan yang menyatu antara warisan pesantren dan nilai-nilai global,” ujar Derliana.
Kunjungan itu menjadi awal dari misi yang lebih luas. Dalam beberapa tahun terakhir, Dr. Derliana membangun jejaring akademik lintas negara, mencakup Finlandia, Belanda, Jerman, Prancis, Swiss, Italia, Spanyol, Austria, hingga Inggris.
Transformasi Kauman bukan sebatas kosmetik. Di balik pagar sederhana pondok, berlangsung revolusi kurikulum: penguatan bahasa asing, pembelajaran berbasis proyek, diskusi lintas budaya, hingga pengenalan metodologi riset sejak dini. Para santri kini tidak hanya membaca kitab kuning, tetapi juga diajak memahami isu-isu global, dari perubahan iklim hingga etika teknologi.
“Kauman harus menjadi laboratorium peradaban. Kita ingin santri percaya diri menulis opini di New York Times atau meneliti sejarah Islam di Andalusia,” jelas Derliana.
Langkah ini mendapat respons positif dari berbagai kalangan, termasuk lembaga donor, mitra universitas luar negeri, dan diaspora Indonesia yang aktif di bidang pendidikan global.
Ketahanan Tradisi, Keberanian Inovasi
Di tengah arus globalisasi yang sering kali meminggirkan lembaga tradisional, Kauman justru menunjukkan bahwa akar budaya bisa menjadi fondasi inovasi. Pesantren tetap menjadi ruang tafaqquh, namun kini dengan cakrawala yang lebih luas. Alumni Kauman mulai menembus universitas internasional dan forum-forum akademik global.
Di balik semua pencapaian ini, sosok Dr. Derliana tampil sebagai arsitek perubahan: tenang namun progresif, membumi sekaligus visioner.
Lebih dari sekadar institusi, Kauman adalah legenda hidup di tengah masyarakat Minangkabau. Di era digital dan disrupsi, legenda itu nyaris usang—hingga hadir figur yang berani melangkah keluar dari konvensi.
Kini, dari Padang Panjang, gema pendidikan Islam progresif Kauman menggema ke luar negeri. Di tangan “Umi Derliana”, Kauman bukan lagi sekadar pelita lokal. Ia adalah cahaya yang mulai menyinari panggung global.






