Wakil Ketua PW Muhammadiyah Sumbar Marhadi Effendi Pentingnya Komitmen bersama Lembaga Penanggulangan Bencana dengan Pemerintah dalam Hadapi Perubahan Lingkungan

  • Whatsapp
Wakil Ketua PW Muhammadiyah Sumbar, Drs. Marhadi Effendi, MSi (Foto: Dok. Istimewa)

MINANGKABAUNEWS.com, PADANG — Lima daerah di Sumatera Barat (Sumbar) diterjang banjir dan tanah longsor akibat tingginya curah hujan yang mengguyur sejak Senin (23/1) siang hingga Selasa (24/1) dini hari lalu. Ketua MDMC PWM Sumbar Drs. Marhadi Effendi menyebut Sumbar bagaikan wilayah dengan etalase bencana.

Hal tersebut karena tingginya kompleksitas potensi bencana alam di Sumbar mulai dari longsor, gempa bumi, banjir, hingga erupsi gunung berapi. “Sumbar berada dipertemuan lempeng, ada di garis khatulistiwa, belum lagi perubahan iklim dan ekologis akibat penggundulan hutan. Itulah yang mengakibatkan banyak bencana,” katanya, Kamis (26/01).

Read More

Selain itu, kurangnya kesadaran masyarakat mengenai kondisi geografis sekitar juga menjadi penyebab banyaknya korban material yang terjadi akibat bencana. Marhadi mencontohkan masyarakat tidak tahu kalau tinggal di daerah aliran sungai akan terjadi banjir besar di Padang Pariaman dan Padang belum lama ini.

Ada pula faktor kebijakan pemerintah, seperti pemberian konsesi lahan dari pemerintah yang juga memicu terjadinya bencana. Salah satu contoh yakni pembukaan lahan hutan membuat air hujan yang turun tidak diserap oleh akar-akar pohon sehingga turun ke daerah hilir menjadi air permukaan dan menimbulkan banjir.

“Harus ada komitmen dari pemerintah daerah untuk mengatasi dampak perubahan lingkungan. Pembangunan ekonomi perlu diselaraskan dengan pembangunan sosial dan lingkungan,” imbuhnya.

Oleh karena itu, Marhadi turut mengambil langkah dalam urusan kebencanaan. Langkah yang diambil yakni penguatan kapasitas masyarakat dengan turun ke lokasi bencan melakukan asesment, penyaluran logistik, mitigasi bencana dan pembinaan.

“Kami menyalurkan bantuan logistik untuk menguatkan kesiapsiagaan masyarakat sekaligus mengajak masyarakat beradaptasi dengan lingkungan yang ada,” kata Marhadi.

Tentang MDMC

Penanggulangan bencana adalah bagian dari nafas pergerakan Muhammadiyah sejak pendiriannya di tahun 1912 yang lalu. Komitmen ini telah diwujudkan baik dalam norma organisasi maupun dalam wujud nyata gerakan dengan berbagai karya inovatifnya sebagai pengusung gerakan Islam Berkemajuan. Berdirinya Majelis Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKO) sebagai perangkat pelaksana misi persyarikatan di periode awal berdirinya organisasi, kemudian melahirkan berbagai varian aktualisasi ajaran Islam yang terus mengusahakan amalan terbaiknya dalam pemecahkan masalah kemanusiaan. Salah satu variannya berupa amal nyata dalam bidang penanggulangan bencana yang mewujud dalam bentuk Lembaga Penanggulangan Bencana Muhammadiyah atau disebut juga Muhammadiyah Disaster Management Center dengan singkatan MDMC.

MDMC tidak saja mampu mengorganisir sumberdaya Muhammadiyah di tingkat lokal dan Nasional, namun juga telah berkiprah dalam misi kemanusiaan Internasional. Lembaga ini ikut menentukan arah dan kebijakan masalah kemanusiaan di berbagai forum Internasional, ikut menentukan arah dan kebijakan pengurangan risiko bencana di tingkat regional dan Internasional, serta membangun hubungan baik dengan pemerintah negara lain, lembaga regional dan juga lembaga Internasional.

Related posts