MINANGKABAUNEWS.com, PADANG — Pemerintah Kota Padang mengeluarkan peringatan serius tentang ancaman krisis pangan yang membayangi, menyusul rusaknya dua infrastruktur irigasi vital akibat bencana hidrometeorologi. Wakil Wali Kota Padang, Maigus Nasir, menegaskan bahwa percepatan perbaikan menjadi kunci untuk menyelamatkan rantai produksi pangan di daerah tersebut.
“Tanpa perbaikan irigasi, Kota Padang akan mengalami ancaman pangan yang sangat tinggi. Rantai produksi terancam putus,” tegas Maigus Nasir di Padang, Jumat (12/12).
Kedua irigasi utama yang mengalami kerusakan parah tersebut adalah Irigasi Gunung Nago dan Irigasi Koto Tuo di Kecamatan Koto Tangah. Secara total, kedua saluran air ini sebelumnya mengairi lebih dari 5.000 hektare lahan pertanian produktif. Akibat kerusakan ini, seluas 3.146 hektare lahan terancam tak bisa ditanami atau digarap.
Dampaknya langsung menyentuh hidup para petani. Sekitar 206 kelompok tani terancam kehilangan mata pencaharian, di wilayah di mana sektor pertanian menjadi penopang utama perekonomian masyarakat. Tidak hanya itu, bencana juga menyebabkan 176,25 hektare lahan pertanian tertimbun material di empat kecamatan: Koto Tangah, Nanggalo, Kuranji, dan Pauh.
Menyikapi situasi genting ini, Pemkot Padang mendorong perbaikan segera. Mengingat kewenangan perbaikan kedua irigasi berada di tingkat provinsi, Maigus Nasir mengharapkan dukungan penuh dari Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. Percepatan ini dinilai krusial tidak hanya untuk menjaga stabilitas pasokan pangan masyarakat, terutama dalam menyambut periode Natal dan Tahun Baru 2025, tetapi juga untuk mengendalikan inflasi.
“Kami minta Dinas Pertanian dan Dinas PUPR untuk mengawal ketat proses perbaikan ini agar bisa segera dilakukan,” tambahnya.
Langkah antisipasi ini penting mengingat Kota Padang telah mencatat inflasi 3,65 persen pada November 2025, yang salah satu pemicunya adalah dampak bencana alam terhadap sektor pertanian dan logistik.






