Artius, Pencipta Logo Kabupaten Kepulauan Mentawai Meninggal

  • Whatsapp

MINANGKABAUNEWS.COM, MENTAWAI – Terpilih sebagai pemenang dalam lomba cipta logo atau lambang Kabupaten Kepulauan Mentawai pada tahun 2001 silam memberikan berkah tersendiri bagi Artius Samangilailai. Namun, tidak banyak yang tahu, bagaimana perjuangannya dalam melahirkan karya tersebut. Seperti apa?

Rumah bertingkat disamping Masjid Nurul Iman Sioban, Kecamatan Sipora Selatan, merupakan salah satu tempat berkarya sekaligus membesarkan empat orang putra-putrinya. Meski begitu, lelaki keturunan Mentawai-Pesisir Selatan ini, tidak pernah menyangka karya terpilih sebagai karya terbai, kala itu.

“Sampai saat sekarang, saya masih belum bercaya, bahwa, karya saya tersebut, dipakai dan disahkan sebagai logo Kabupaten Kepulauan Mentawai yang sudah berusia 18 tahun,” ungkap suami dari Yuli Hartati ini.

Lelaki kelahiran Padang 7 November 1962 tersebut, menyebutkan, bahwa, logo tersebut, dibuatnya dalam perjalanan di salah satu kapal antar Pulau dari Sioban tujuan Tuapejat. Sebelum naik kapal, uang pemberian dari temannya sebesar Rp 50 ribu digunakannya untuk membeli peralatan tulis dan gambar untuk membuat logo tersebut.

Menurut dia, honornya sebagai tenaga penyuluh pertanian kala itu belum mampu memenuhi kebutuhan biaya pendidikan anak-anaknya yang sudah beranjak dewasa. Namun, karena ada semangat dan dorongan dari temannya tersebut, dia akhirnya tetap mengikuti perlombaan tersebut. Dari 4000 peserta, kata Artius, menyisakan sebanyak lima karya terbaik.

“Dari lima orang tersebut, sayalah satu-satunya putra Mentawai yang ikut terpilih. Namun, saya tetap yakin, saya sebagai orang Mentawai sedikit banyaknya paham akan budaya Mentawai,” ungkapnya dengan bangga.

Namun, saat presentasi disalah satu hotel di Kota Padang, bersama empat terbaik lainnya, menjelaskan makna logo, Artius mengaku, berbeda kontras dengan empat peserta lainnya. Dimana, empat peserta dalam presentasi tersebut, memaparkan dengan menggunakan infokus. Sementara, dirinya sempat menjadi bahan lelucon bagi peserta dan audien yang hadir, karena membuat karya secara manual.

“Karya yang sudah saya buat tersebut, saya kopi dalam jumlah banyak dan saya bagikan kepada audien. Memang, saya sempat diketawakan oleh yang para peserta, tapi saya tidak merasa minder,” ujarnya.

Sebab, kata dia, karya tersebut, dibuatnya berdasarkan pemahamannya tentang budaya Mentawai. Dia menjelaskan bahwa, makna lambang rumah bagonjong di belakang rumah adat Mentawai, menandakan, bahwa, minangkabau merupakan bapak kandung Mentawai.

Bahkan, lanjut Artius, makna lambang panah dibagian depan Uma Mentawai yang menghadap ke atas, juga menandakan bahwa, harus orang Mentawai yang menjadi kepala daerah. Menurut dia, makna orang Mentawai tidak berarti harus asli orang Mentawai.

Hanya saja, dia menyayangkan, hari jadi Kabupaten Kepulauan Mentawai yang jatuh pada tanggal 4 Oktober dan sudah ditetapkan menjadi Perda, kurang sejalan dengan logo Pemkab saat ini. Dia menilai, didalam logo dijelaskan, bahwa, HUT Kabupaten Kepulauan Mentawai jatuh pada tanggal 12 Oktober yang ditandai dengan lambang dua belas pelepah kelapa.

Singkat cerita, usai presentasi tersebut, karyanya terpilih sebagai terbaik satu oleh dewan juri. Lalu, disusul peserta nomor urut dua yang berasal dari Riau, dan nomor urut tiga dari Jambi. Atas pencapaianya tersebut, dia medapat medali dan hadiah sebesar Rp 5 juta rupiah.

Lalu, pada tahun 2001 tersebut, Mentawai untuk pertamakalinya mengikuti Porda (sekarang Porprov, red) di Pesisir Selatan yang menggunakan logo karyanya tersebut. Kemudian, pada tahun yang sama, usai mengikuti ujian CPNS tersebut, dia pun lolos seleksi PNS di lingkungan Pemkab Mentawai.

Kini ayah empat anak tersebut, sudah tidak lagi memikirkan biaya pendidikan anak-anaknya. Ke empat anaknya tersebut, sudah dalam status semuanya berkeluarga. Kini bersama istrinya, dia menikmati masa-masa tuanya.

Lelaki yang akan memasuki masa pensiunnya sebagai PNS kurang lebih 2 tahun mendatang tersebut, juga berharap, agar pembangunan di Mentawai harus dilaksanakan dengan saling bekerjasama. Mentawai harus membangun sesuai dengan kemampuannya.

Dan saat ini, kini tinggal kenangan, beliau sudah dipanggil yang maha kuasa. Dan sebagai untuk mengenang dirinya kita bisa melihat lambang atau logo Kabupaten Kepulauan Mentawai yang berdiri kokoh dan ia ciptakan. (*)

Related posts