MINANGKABAUNEWS.com, PADANG — Erlinda Syam memberi orasi ilmiah pada acara wisuda UM Sumbar adapun tema orasi ilmiah Gender Issues In Minang Virtual Interaction”.
Melalui investigasinya terhadap isu gender dalam interaksi virtual orang Minang, Erlinda Syam menarik kesimpulan telah terjadi beberapa modifikasi budaya dalam dinamikan gender masyarakat Minangkabau saat ini. Salah satu indikasinya adalah dengan ditemukan palanta-palanta virtual di media sosial FaceBook, palanta virtual adalah bentuk adaptasi dari konsep “ota lapau”.
Ota lapau sendiri adalah penamaan sederhana dari kebiasaan laki-laki di ranah Minang dalam berargumen yang mereka lakukan di warung (Lapau). Berbeda dari ota lapau konvensional, palanta virtual juga di ikuti dan menerima partisipan perempuan, dimana hal ini tidak akan ditemukan dalam konsep lapau original.
Keberadaan partisipan perempuan mendorong terjadinya modifikasi dalam tata tertip lapau, sebab salah satu fitrah perempuan adalah cenderung menghindari konflik atau debat. Sehingga konsep lapau original yang tidak mengenal batasan topik diskusi di modifikasi dengan menerapkan pembatasan dalam bertutur kata hingga batasan lain yang diangap perlu.
Memang keleluasaan yang di miliki laki-laki Minang dalam komunikasi publik sudah terjadi dalam kurun waktu yang sangat lama, hal ini menyebabkan laki-laki di Minangkabau memiliki rasa percaya diri yang lebih tinggi dibandingkan perempuan Minang untuk berbicara di forum terbuka.
Menurut data, 70% interaksi dalam palanta virtual di dominasi oleh laki-laki, sedangkan perempuan hanya 27% saja. Hal ini menjadi masuk akal karena selama ini perempuan Minang mendapatkan tempat yang leluasa untuk komunikasi pada sektor domestik atau pada forum yang pesertanya hanya perempuan. Perkembangan teknologi komunikasi, memberi tempat pada perempuan Minang untuk terlibat pada forum publik yang sebelumnya menjadi forum ekslusif laki-laki Minang.
Satu pesan penting yang perlu kita ingat di era digital media, perkembangan teknologi informasi komunikasi tidak akan bisa kita tolak, kita tidak bisa bersikap menolak perkembangan zaman, satu hal yang bisa kita lakukan adalah dengan menyesuaikan diri terhadap cepatnya perubahan dunia tanpa menghilangkan ciri khas budaya Minangkabau.






