MINANGKABAUNEWS.COM, PAYAKUMBUH – Sudah jatuh, tertimpa tangga. Inilah kiasan yang tepat untuk menggambarkan nasib nahas yang menimpa hampir ratusan pedagang, para korban bencana kebakaran di pasar Blok Barat, Kota Payakumbuh, Sumatera Barat.
Betapa tidak, di tengah kondisi jual beli yang sedang lesu dan sepi pembeli di tengah maraknya fenomena ‘Rojali’ dan ‘Rohana’ sejak setahun belakangan, pada Selasa (26/8) pagi kemarin, harapan mereka seakan direnggut paksa. Toko dan kios tempat sehari-hari mencari rezeki untuk keluarga, seketika ludes dilalap api.
“Isi toko saya semuanya habis, nyaris tak bersisa. Saya baru tau api berkobar di Pasar usai solat Subuh sekira pukul 06.00 WIB. Saya langsung tancap gas motor ke pasar,” cerita Miky Putra (48), pemilik toko sekaligus pedagang sandal dan mainan anak di Pasar Blok Barat ditemui wartawan, Rabu (27/8) siang.
Namun nahas, sesampainya di bawah Kanopy Pasar Payakumbuh, Miky yang tinggal di Kelurahan Labuah Basilang, mendapati api sudah membumbung tinggi melahap bagian atap lantai dua, hingga menjalar ke seluruh sisi bangunan Pasar Blok Barat.
Miky mengaku tidak sempat masuk ke dalam toko untuk menyelamatkan barang-barang dagangan karena dilarang oleh warga dan petugas. Ia pagi itu, hanya bisa terpaku dan pasrah begitu melihat api dengan cepat berkobar tak terbendung, sampai meludeskan seluruh isi bangunan.
Sejumlah armada Pemadam Kebakaran (Damkar) bersama warga, sibuk mondar-mandir melakukan upaya pemadaman dengan menyiramkan air. Hampir lima jam api membara baru bisa dijinakkan oleh petugas. Ayah tiga orang anak itu, mengaku trauma setelah kejadian.
“Sangat berat beban kami pedagang terdampak musibah ini. Sudahlah toko habis terbakar, barang dagangan juga tak satupun bersisa. Tak tahu apalagi bisa disebut,” urai Miky yang mengaku mengalami kerugian sekitar Rp70 juta karena barang dagangannya hangus terbakar.
Selain Miky, nasib serupa juga turut dialami Masral (52), salah seorang pedagang baju muslim di Blok itu. Warga Kelurahan Tiakar, Kecamatan Payakumbuh Timur ini, menyebut dirinya merugi lebih dari Rp150 juta, akibat kebakaran.
“Saya kehilangan semua barang dagangan di toko yang kami tempati. Tak ada sehelai benang pun tersisa. Ya, kini hanya bisa pasrah saja,” ungkap Masral, dengan nada suara lirih.
Masral mengaku dirinya kehilangan barang di dua unit toko setelah baru saja menambah stok barang sekitar beberapa minggu lalu. Apalagi kini beberapa orang karyawan di tokonnya terpaksa dirumahkan.
Selain pedagang pakaian, sepatu dan mainan anak, kebakaran di Pasar Blok Barat juga berdampak ke pedagang kuliner dan minuman. Fauzi (54) salah seorang pedagang yang sehari-hari berjualan makan dan minuman, untuk pedagang Pasar Blok Barat, kini tak punya lagi pemasukan, karena situasi pasar sudah berubah menjadi puing.
“Beruntung toko saya ini terletak di bagian sisi luar Blok Barat, jadi tidak kena sasaran api. Tapi saya ikut terdampak, karena tak bisa lagi jualan, sebab tak ada pembeli. Biasanya, kan, saya yang menyiapkan makan dan minuman bai pedagang dan karyawan di sini,” keluh Fauzi.
Tak cuma itu, kebakaran juga turut berdampak kepada petugas parkir di bawah Kanopy hingga ke bagian depan bekas Aprelia Plaza. Om Jun (60), salah seorang petugas parkir senior yang biasa mangkal di tepi ruas Jalan Utama Soekarno Hatta, mengaku kini kehilangan hampir separuh omzet parkir.
“Biasanya ramai dari pagi sampai malam, karena banyak pengunjung yang masuk belanja ke dalam toko, serta ke tempat kuliner di luar Blok Barat ini. Sekarang sepi. Kita berharap, Pemko Payakumbuh dapat mencarikan solusi terbaik,” tuturnya.
Rata-rata, para pedagang Pasar Blok Barat mengaku selama ini sangat kesulitan mendapat omzet penjualan, karena jual beli memang sepi. Bahkan, ada sejumlah pedagang yang mengaku sering tidak ‘pecah telur’ hingga kurun waktu seminggu, akibat sepinya pengunjung dan pembeli.
Masalah Baru: Pedagang Terlilit Hutang KUR di Bank
Kini, ratusan pedagang pasar Blok Barat Payakumbuh cuma bisa merenungi nasib berharap keajaiban dan secercah harapan hidup, pasca dilanda bencana kebakaran. Nahasnya lagi, timbul pula masalah baru, karena mereka rata-rata mengaku sedang terlilit hutang Kredit Usaha Rakyat (KUR) di perbankan.
“Ya, selama ini kami banyak mengajukan pinjaman KUR ke Bank, untuk modal, menutupi biaya operasional dan membeli barang. Selama ini selama masih jualan, pembayaran angsuran lancar tidak pernah macet. Tapi setelah kejadian ini, tentu ke depan kami akan kesulitan,” aku Miky, yang menyebut meminjam KUR untuk tambahan modal usaha.
Kondisi serupa juga diakui, Masral serta Fauzi. Keduanya mengaku tengah berhutang di salah satu Bank konvensional di Kota Payakumbuh untuk menutupi modal dan biaya toko. Mereka berharap, pihak perbankan dapat memberi keringanan terhadap para korban bencana kebakaran Pasar Payakumbuh.
“Belum lagi biaya untuk hidup sehari-hari setelah ini yang entah akan kami dapatkan dari mana. Seandainya toko sudah bisa ditempati kembali atau direlokasi ke tempat lain, saya sudah tak punya modal lagi buat beli barang,” imbuh Miky.
Bahkan, berdasarkan data yang disampaikan Ikatan Pedagang Pasar Payakumbuh (IP3) kepada wartawan, Selasa (2/8) malam, kebakaran pasar Blok Barat Payakumbuh menyebabkan hampir 1.000 an orang kehilangan pekerjaan atau PHK. Baik pemilik toko, maupun para karyawan.
Para pedagang juga berharap Pemko Payakumbuh dapat mencarikan solusi terbaik untuk mengatasi segala persoalan yang dihadapi para pedagang korban pascaperistiwa kebakaran. Termasuk berharap bantuan stimulus, agar dapat meringankan beban biaya hidup bersama keluarga.
Pemko Payakumbuh Masih Lakukan Pendataan
Menanggapi keluhan para pedagang, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kota Payakumbuh, Faizal, yang ditemui di kawasan Pasar Payakumbuh Rabu (27/8) sore menyebut, pihaknya saat ini masih terus melakukan upaya dan mencari solusi terbaik buat mengatasi persoalan dan meringankan beban pedagang.
“Saat ini kita masih sedang pendataan seluruh toko, kios dan palung yang terbakar. Kalau data pemilik toko dan karyawan yang terdampak, itu dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian (Disnakerperin). Kita upayakan segera, dan terus diumumkan ke publik,” sebut Faizal.
Terkait solusi masalah yang dihadapi para korban kebakaran, Faizal juga mengaku masih menunggu arahan dari Walikota dan Sekdako, apakah nanti akan dilakukan relokasi sementara ke tempat lain, atau ada kebijakan bantuan lainnya.
“Kita terus pantau kondisi di lapangan. Jika nanti direlokasi, tempatnya juga sedang dilakukan peninjauan, sudah ada beberapa lokasi alternatif. Nanti setelah didata, kita rencana akan undang dan kumpulkan semua pedagang yang terdampak, untuk membicarakan bagaimana solusi alternatif terbaik,” pungkas Faizal. (akg)





