Psikoedukasi Korban Banjir di Dadok Tunggul Hitam, Bahagian Upaya Membentuk Survival Skill (Penyintas) Pasca Bencana

  • Whatsapp
Dokumentasi kondidi banjir di Dadok Tunggul Hitam Padang beberapa waktu lalu.

PADANG – Kota Padang dilanda hujan deras dalam beberapa waktu belakangan. Tidak dapat dipungkiri hujan deras tersebut memicu terjadinya banjir di beberapa titik lokasi di Kota Padang. Salah satu lokasi yang terdampak banjir akibat hujan deras yaitu Komplek Parak Jambu Indah Dadok Tunggul Hitam.

Berdasarkan informasi dari warga Komplek Parak Jambu Indah Dadok Tunggul Hitam RT 02 RW 09, Dadok Tunggul Hitam merupakan kawasan rawan banjir. Hal ini karena kawasan ini sudah sering dilanda banjir sejak tahun 2004 hingga tahun 2022. Pada tahun 2004, kawasan ini direndam banjir setinggi 40 cm, lalu pada tahun 2016 direndam banjir dengan ketinggian 3-4 meter.

Read More

Baru-baru ini tepatnya pada bulan November 2022, Komplek Parak Jambu Indah Dadok Tunggul Hitam RT 02 RW 09 dilanda banjir sebanyak dua kali. Banjir yang terjadi disebabkan oleh intensitas hujan yang tinggi terjadi selama beberapa hari. Banjir merendam beberapa rumah warga yang menyebabkan kerusakan material. Muncul ketakutan warga bahwa banjir besar yang terjadi pada tahun 2016 akan terulang kembali.

Mengantisipasi hal itu, Mahasiswa Psikologi Universitas Andalas Padang meninjau lokasi tersebut dan memberikan program intervensi. Peninjauan dilakukan dengan observasi lingkungan setempat dan melakukan wawancara dengan salah satu keluarga penyintas bencana banjir di kawasan tesebut. Chan (67 th), mengaku bahwa banjir yang terjadi di Kawasan Komplek Parak Jambu Indah Dadok Tunggul Hitam sudah terjadi sejak tahun 2004 namun hanya setinggi 40 cm didalam rumah, kemudian pada tahun 2016 terjadi banjir yang sangat besar hingga membenam setengah dari rumahnya, dimana pada saat itu banjir mulai naik ke rumah pada dini hari.

Psikoedukasi yang diberikan berupa leaflet mengenai resiliensi oleh Mahasiswa Unand

Awalnya pak chan dan keluarga berpikir banjir tersebut tidak akan tinggi mungkin sama seperti banjir pada tahun 2004. Saat banjir 2016 itu terjadi pak chan tidak sempat mengevakuasi barang-barang yang ada dirumahnya bahkan ia dan keluarga tidak sempat mengevakuasi diri. Sehingga banyak barang- barangnya yang terendam banjir dan ia mengungsi keatas rumahnya. Ia mengatakan bahwa banjir yang terjadi diluar rumahnya sekitar 3-4 meter. Banjir yang terjadi sudah mulai surut di sore hari. Semenjak itu jika terjadi hujan lebat seharian biasanya akan terjadi banjir, namun hanya sampai halaman rumah.

Banjir terakhir terjadi pada tahun ini yaitu beberapa mingu yang sebanyak 2 kali, banjir pertama masuk dalam rumah setinggi selutut, lalu sehari setelahnya kembali terjadi banjir namun tidak masuk kedalam rumah, hanya sampai jenjang rumahnya.

Setelah melakukan peninjauan, program intervensi berupa psikoedukasi diberikan kepada penyintas bencana banjir di Kawasan Komplek Parak Jambu Indah Dadok Tunggul Hitam. Psikoedukasi yang diberikan berupa leaflet mengenai resiliensi.

Leaflet Resiliensi ini memberikan pemahaman kepada warga khususnya anak-anak mengenai pentingnya keterampilan-keterampilan mengatasi kesulitan pasca terjadinya bencana, bangkit kembali dari kesulitan yang dihadapi dan mencari cara untuk maju, mengoptimalkan hidup (survival) dan memperluas diri untuk mencapai potensi penuh individu tersebut.

Oleh : Aprima Tasya Nabila
Penulis adalah Mahasiswa Psikologi Universitas Andalas

 

 

 

Related posts