MINANGKABAUNEWS.com, ARTIKEL — Saat kota Cilegon masih terlelap, sebuah misi penting telah dimulai. Jarum jam baru saja melewati pukul 01.00 dini hari, namun ruang Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Kedaleman sudah bergemuruh dengan aktivitas. Inilah dapur tempat masa depan bangsa dimasak—di sinilah lebih dari 3.000 porsi Makan Bergizi Gratis (MBG) program Presiden Prabowo Subianto dan Wapres Gibran Rakabuming Raka disiapkan dengan penuh cermat untuk para pelajar.
“Dari Dapur Saat Fajar, ke Meja Belajar” bukan sekadar perjalanan makanan, melainkan sebuah cerita tentang dedikasi, presisi, dan harapan.
Dimulai Saat Fajar, Dengan Standar Tinggi
Bayangkan, 51 pekerja dengan seragam steril lengkap bergerak dalam senyap. Kompor menyala, mesin penanak nasi (steamer) berdesis, dan aroma menggugah selera mulai memenuhi udara. Semua bahan telah tiba 12 jam sebelumnya, memastikan tidak ada yang terburu-buru. Semua dijalankan dengan presisi layaknya ritual suci.
Prosesnya tak main-main. Setiap bahan makanan melewati pemeriksaan ketat: dari administrasi, fisik, hingga uji organoleptik (bau, rasa, warna) oleh ahli gizi. Bahkan nasi pun dimasak dengan teknik steaming khusus agar lebih sehat, menghasilkan nasi pulen dan rendah pati.
Di Tangan Ahli Gizi, “Kenyang” Bukanlah Standar
Di balik setiap suap makanan ada perhitungan ilmiah yang detail. Ana Herliana, sang ahli gizi, memastikan setiap porsi bukan sekadar mengenyangkan, tetapi memenuhi kebutuhan kalori sesuai usia.
· Anak TK/PAUD: 328 kalori
· SD Kelas 1-3: 368,8 kalori
· SD Kelas 4-6: 531 kalori
· SMP: 719 kalori
· SMA: 752,5 kalori
· Ibu hamil/menyusui: 818 kalori
Dua jenis porsi disiapkan: kecil untuk TK hingga SD kelas 3, dan besar untuk SD kelas 4 hingga SMP. Hari itu, targetnya 3.049 porsi.
Uji Rasa Hingga Feedback Langsung dari Sekolah
Sebelum dikemas, setiap batch masakan wajib diuji rasa—bahkan dua kali! Kepala SPPG, ahli gizi, dan perwakilan sekolah ikut mencicipi menggunakan formulir khusus. Uniknya, sekolah juga bisa mengusulkan menu berdasarkan kegemaran murid, membuat program ini benar-benar partisipatif.
Ketika 3.000 Harapan Tiba di Sekolah
Begitu semua tray berisi nasi, ayam kari, tahu kecap, mentimun, lengkeng, dan susu tertutup rapat, kendaraan distribusi segera meluncur. Tujuannya: 12 sekolah di Cilegon.
Di SDN Kedaleman III, dampaknya terasa nyata. Kepala Sekolah Hafifah bersemangat bercerita: “Anak-anak lebih semangat belajar, tumbuh sehat, dan kuat.” Para orang tua pun lega, “Mungkin di rumah menu belum cukup, tapi dengan MBG semua gizi terpenuhi.”
Sebuah pertanyaan polos dari seorang murid membuat hati para guru terenyuh: “Bu, program ini sampai kapan? Nanti kalau presiden ganti, masih ada nggak?”
Sebuah Misi yang Lebih Besar dari Sekadar Makanan Gratis
Program MBG adalah lebih dari sekadar nasi dalam tray. Ia adalah tentang puluhan orang yang rela tak tidur, standar gizi yang dihitung matimatian, dan kebersihan yang dijaga bagai benteng. Ia adalah tentang kerja sunyi yang tiba di meja belajar setiap pagi, berubah menjadi energi, gizi, dan semangat untuk masa depan Indonesia yang lebih cerah.
Di dapur SPPG Kedaleman, setiap malam, masa depan Indonesia tak hanya direncakanan—tetapi benar-benar dimasak dengan penuh cinta.






