MINANGKABAUNEWS.COM, BUKITTINGGI – Sesuai dengan perkembangan Museum Indonesia Sumatra Barat, khususnya di Bukittinggi, Rumah Adat Nan Baanjuang itu termasuk Museum tertua di Sumatra Barat (Sumbar) dibangun pada tahun 1935 oleh tukang profesional dalam negeri.
“Artinya kontruksi rumah adat itu sendiri tidak terbayangkan oleh orang Belanda kalau kontruksinya melawan gravitasi bumi,” ujar Kabid Kebudayaan Disdikbud Kota Bukittinggi Mul Akhyar kepada Minangkabaunewscom di ruang kerjanya, Rabu (29/6/2022).
Mul Akhyar menjelaskan, saat terjadi gempa hanya sekedar begoyang-goyang saja. Rumah gadang itu dibuat dengan sistem satu pasak kayu.
“Tidak ada satu paku pun berupa besi di rumah gadang itu,” jelas Kabid Kebudayaan ini.
Mul Akhyar sebut, Rumah Adat Nan Baanjuang termasuk Museum tertua, maka dimasukkan lah ke dalam Asosiasi Museum Indonesia. Di awal Juni kemarin, diberikan sertifikasi Museum tertua oleh ketua Asosiasi Museum Indonesia yang juga sebagai Anggota DPR RI di Kuta Bali.
“Kita sebagai anggota di Bukittinggi mengikuti ketua AMI Sumbar untuk menerima Sertifikat AMI di Bali, karena Rumah Adat Nan Baanjuang termasuk museum tertua di masa belaka,” sebutnya.
Ia menjelaskan, untuk menerima sertifikat pada dasarnya hanya satu Museum Rumah Adat Nan Baanjuang Sumatra Barat, ada juga yang hadir di situ, ada Sawah Lunto, Sijunjuang dan Solok tapi mereka cuma menghadiri kalau mereka punya museum.
“Iya.. memang yang jadi istimewanya menerima sertifikat untuk khusus Sumatra Barat hanya satu-satunya Museum Rumah Adat Nan Baanjuang Kota Bukittinggi. Alhamdulillah, karena sudah diakui, secara internal kita akan mengusahakan standarisasi museum,” jelas Mul Akhyar.
Pihaknya berharap tenaga yang profesional dilengkapi di dalam museum, mungkin anggaran dengan tipe c saat ini yang cukup memadai. Hanya tenaga yang belum memadai diantaranya, kurator, kolektor dan informator.
“Itu orang kompeten yang harus ada di musem,” tutup Mul Akhyar mengakhiri.