MINANGKABAUNEWS.com, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy mengimbau, agar penggunaan pengeras suara di masjid dapat dilakukan sewajarnya baik saat azan maupun salat.
“Pokoknya gunakanlah pengeras sewajarnya, tapi jangan sampai mengganggu lingkungan. Misalnya gunakanlah yang keras pada waktu azan, misalnya memanggil orang salat,” kata Muhadjir Effendy, Jumat (15/3/2024).
Menko Muhadjir menilai, penggunaan pengeras suara luar saat Ramadan sebaiknya dipakai untuk azan guna memanggil masyarakat untuk salat.
Menurutnya, penggunaan pengeras suara luar pun juga sebaiknya tidak terlalu keras. Sementara itu, lanjutnya, saat berzikir dan mengaji sebaiknya dilakukan dengan pengeras suara dalam.
Muhadjir menyetujui penggunaan pengeras suara seharusnya ditertibkan karena untuk kepentingan ibadah dan tidak membuah gaduh, bahkan mengganggu khusyukan umat yang sedang beribadah.
“Jangan sampai yang mestinya untuk memanggil, tapi bikin menjadi gaduh. Kemudian yang mestinya harus khusyuk tapi dengan adanya pengeras maka jadi terganggu,” kata Muhadjir Effendy.
Sebelumnya, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menerbitkan edaran tentang Panduan Penyelenggaraan Ibadah Ramadan dan Hari Raya Idulfitri 1445 H/2024 M pada 26 Februari 2024.
Salah satu isinya adalah tentang penggunaan pengeras suara di masjid dan musola sesuai dengan Surat Edaran Menteri Agama Nomor 05 Tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala.
Edaran terkait pengeras suara ini, yang pertama kali terbit pada 18 Februari 2022, mengatur volume pengeras suara yang maksimum adalah 100 dB (seratus desibel). Khusus untuk kegiatan syiar Ramadan, penggunaan pengeras suara diatur dengan ketat, seperti dalam pelaksanaan Salat Tarawih, ceramah/kajian Ramadan, dan tadarus Al-Qur’an.
Sedangkan untuk takbir Idulfitri di masjid/musola, dapat dilakukan dengan pengeras suara luar sampai pukul 22.00 waktu setempat dan kemudian dilanjutkan dengan pengeras suara dalam.






