MINANGKABAUNEWS.COM, PADANG — Menyikapi masih langkanya bahan bakar minyak (BBM) jenis bio solar di sejumlah SPBU di Kota Padang, Pemerintah Kota Padang meminta agar setiap pembelian BBM bersubsidi di SPBU diawasi. Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Perdagangan. Andree Harmadi Algamar, di Padang, Rabu, (30/3/2022).
Kepala Dinas Perdagangan Padang, Andree Harmadi Algamar mengatakan, kelangkaan ini merupakan imbas dari berkurangnya kuota dari BPH Migas.
“Memang terdapat kelangkaan bio solar dan kita lihat di seluruh SPBU banyak kosong. Ini memang karena kuota yang diberikan BPH Migas tahun ini jauh kurang dari 2021,” kata Andree.
Untuk itu, pihaknya akan berkoordinasi dengan pemilik SPBU untuk mengambil kebijakan dan pengawasan terhadap kelangkaan bio solar tersebut.
Selain melarang kalangan kendaraan tertentu untuk menggunakan Bahan Bakar Minyak (BBM) solar bersubsidi, Pemko Padang juga membatasi jumlah konsumsi per harinya.
Lanjutnya, pertamina mengalihkan kuota 280 kl perhari sekarang menjadi 400 kl perhari tindakan antusipasai, kemudian juga melakukan pencatatan nomor polisi kendaraan yang membeli solar subsidi. Selain itu menerapkan kebijakan pengisian BBM jenis Solar pada pukul 23.00Wib
Antrean panjang di sejumlah SPBU
Antrean Panjang Sebabkan Kemacetan
Antrean panjang kendaraan khususnya truk untuk mengisi bahan bakar minyak atau BBM jenis solar hingga saat ini masih saja terjadi di Padang. Para sopir harus rela antre berjam-jam di SPBU demi mendapatkan solar.
Antrean ini sudah berlangsung sejak beberapa hari terakhir sehingga mengganggu aktivitas kendaraan lain di jalan raya dan menyebabkan kemacetan. Ini terjadi di SPBU Bypass, Padang, Kamis, (31/3/2022).
Pantauan MinangkabauNews, kemacetan di tempat ini sudah biasa terjadi sejak beberapa hari terakhir.
Salah seorang sopir truk, Ujang mengatakan, dia harus mengantre berjam-jam untuk mendapatkan solar. Terkadang juga, dirinya harus datang ke SPBU sejak subuh agar lebih cepat mendapatkan giliran mengisi.
“Ya, gimana lagi. Kalau nggak ikut ngantre ya nggak dapatlah. Mau tidak mau ya harus ngantre sama seperti kendaraan lain walaupun menyebabkan kemacetan,” ujar Ujang.
Selain itu, salah seorang sopir truk yang ditemui MinangkabauNews di Bukittinggi bernama Rinto mengaku sudah mulai jenuh dengan kelangkaan solar.
“Kalau bisa memilih, biarlah kami membeli dengan harga mahal, Bang. Asalkan ada setiap hari,” kata Rinto.






