Oleh: Mistra Jamil, S.H., M.I.Kom
Pilkada 2024 semakin dekat, dan para calon pemimpin daerah mulai berlomba-lomba membangun personal branding mereka. Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah: mana yang lebih efektif untuk membangun citra, baliho atau media sosial?
Sebagai informan, saya melihat kedua metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Baliho: Jangkauan Luas, Tapi Kurang Pribadi
Baliho masih menjadi pilihan populer di beberapa daerah karena jangkauannya yang luas. Desain visual yang menarik dan pesan yang mudah dipahami bisa efektif untuk membangun kesadaran awal.
Namun, baliho kurang personal dan tidak memungkinkan interaksi langsung dengan calon pemilih. Kontennya juga tidak fleksibel dan bisa dianggap kurang menarik bagi generasi muda yang lebih familiar dengan media sosial.
Media Sosial: Personal, Fleksibel, dan Tertarget
Media sosial memungkinkan interaksi langsung dengan calon pemilih, membangun hubungan personal dan membangun kepercayaan. Konten media sosial dapat diubah dengan mudah dan disesuaikan dengan isu terkini dan tren yang sedang berkembang.
Media sosial juga memungkinkan untuk menargetkan konten kepada kelompok pemilih tertentu berdasarkan demografi, minat, dan perilaku. Hal ini memungkinkan calon pemimpin untuk menyampaikan pesan yang lebih relevan dan efektif.
Namun, Media sosial rentan terhadap penyebaran hoaks dan informasi yang tidak benar, sehingga perlu kehati-hatian dalam mengelola konten.
Gabungkan Keduanya untuk Hasil Maksimal
Strategi yang paling efektif adalah menggabungkan baliho dan media sosial. Baliho bisa digunakan untuk membangun awareness dan branding awal, sementara media sosial digunakan untuk membangun interaksi dan membangun hubungan personal dengan calon pemilih.
Kesimpulan
Pilihan terbaik adalah menggabungkan keduanya dan menyesuaikan strategi dengan target pemilih dan strategi kampanye. Baliho bisa digunakan untuk membangun kesadaran awal, sementara media sosial digunakan untuk membangun interaksi dan membangun hubungan personal dengan calon pemilih. Baik baliho maupun media sosial memiliki potensi untuk membangun personal branding yang efektif di pilkada. Namun, media sosial menawarkan fleksibilitas, personalisasi, dan kemampuan target yang lebih tinggi.
Pilihan terbaik adalah menggabungkan keduanya dan menyesuaikan strategi dengan target pemilih dan strategi kampanye.






