Darurat Kesehatan: 23 Anak Tewas Akibat Keracunan Makanan di Afrika Selatan

  • Whatsapp

MINANGKABAUNEWS.com, JAKARTA – Tragedi keracunan makanan di Afrika Selatan telah menewaskan 23 anak dalam beberapa bulan terakhir. Insiden terbaru melibatkan enam anak di Johannesburg yang mengalami kejang-kejang setelah berbagi makanan ringan. Mereka, semuanya berusia di bawah 8 tahun, meninggal dunia beberapa saat kemudian.

Presiden Cyril Ramaphosa menyatakan keracunan ini sebagai bencana nasional dan mengungkapkan bahwa 890 orang, sebagian besar anak-anak, telah jatuh sakit. Dugaan sementara mengarah pada penggunaan pestisida berbahaya oleh para pedagang untuk mengatasi serangan tikus di kawasan kumuh. Makanan kadaluarsa dan palsu juga turut menjadi penyebab.

Read More

Penyelidikan Menemukan Jejak Pestisida Beracun
Institut Nasional Penyakit Menular Afrika Selatan menemukan pestisida terbufos dalam makanan ringan yang dikonsumsi oleh para korban. Terbufos, bahan kimia beracun yang biasa digunakan dalam pertanian, dapat berakibat fatal jika tertelan, terhirup, atau bersentuhan dengan manusia. Selain itu, aldicarb, pestisida lain yang telah dilarang sejak 2016, juga ditemukan dalam beberapa kasus.

Para pedagang kecil, terutama di kawasan miskin, diduga menggunakan pestisida ini untuk mengatasi hama karena layanan pengelolaan sampah yang tidak memadai. Di sisi lain, produk makanan yang kedaluwarsa atau bermerek palsu juga banyak dijual di toko kecil, dikenal sebagai spaza shops. Toko-toko ini, yang sebagian besar dioperasikan oleh migran, kini menghadapi reaksi keras dari masyarakat.

Kemarahan dan Sentimen Anti-Imigran
Kematian anak-anak ini memicu kemarahan masyarakat yang menyalahkan pemilik toko atas penjualan makanan beracun. Sentimen anti-imigran yang sudah lama ada di Afrika Selatan semakin memburuk, dengan warga menuduh para pedagang memprioritaskan keuntungan di atas keselamatan konsumen.

Sebagai langkah responsif, pemerintah akan mendaftarkan toko-toko informal ini dan meningkatkan pengawasan keamanan pangan. Namun, bagi keluarga yang kehilangan anak, langkah ini belum cukup memberikan keadilan.

Kematian yang Memilukan
Kasus-kasus kematian terus terjadi di berbagai wilayah, seperti Kimberley, Eastern Cape, dan Soweto. Seorang gadis 4 tahun meninggal setelah makan roti, sementara anak 5 tahun di Soweto meninggal hanya 20 menit setelah mengonsumsi camilan. “Anak-anak ini berbagi segalanya, termasuk makanan ringan, tanpa mengetahui mereka memakan racun,” kata Triphina Msimango, seorang nenek yang kehilangan cucunya.

Tragedi ini menyoroti krisis kesehatan masyarakat dan kebutuhan mendesak untuk meningkatkan pengawasan terhadap makanan dan pestisida di Afrika Selatan.

Related posts