MINANGKABAUNEWS.com,AGAM — Di tengah hijaunya perbukitan Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam, semangat gotong royong warga Nagari Nan Limo berpadu dengan ide segar mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Andalas. Kolaborasi ini melahirkan sebuah inisiatif yang tak hanya estetis, tapi juga fungsional: Taman Tanaman Obat Keluarga (TOGA) sebagai pusat edukasi dan sumber kesehatan berbasis herbal.
Program yang digagas mahasiswa Program Studi Agroekoteknologi ini berawal dari diskusi dengan pihak nagari. Dari observasi lapangan, mereka menemukan banyak warga masih mengandalkan obat kimia untuk pengobatan ringan, padahal tanaman obat lokal tersedia melimpah. Lahan kosong milik nagari pun disulap menjadi taman rapi berisi jahe, kunyit, sereh, lidah buaya, hingga daun sirih.
“Sebagai ibu rumah tangga, kami sering kesulitan cari obat alami, padahal di sekitar banyak yang bermanfaat. Adanya taman TOGA ini membantu kami mengenal kembali tanaman herbal, apalagi mahasiswa KKN mengajarkan pemanfaatannya,” ujar Ketua PKK, Yunefalesi.
Proses pembangunan taman dilakukan bertahap: pembukaan lahan, pembuatan bedengan, penanaman, hingga penataan akhir. Seluruhnya melibatkan warga dan mahasiswa. Hasilnya mulai dirasakan. Warga kini punya akses langsung terhadap bahan obat alami, mengurangi ketergantungan pada obat kimia, sekaligus menumbuhkan kesadaran hidup sehat secara alami.
Tak hanya untuk kesehatan, taman ini juga berpotensi jadi ruang belajar anak-anak, tempat berkumpul ibu-ibu, bahkan magnet wisata herbal desa. “Sekarang saya lebih sering pakai jahe dan daun sirih dari taman ini daripada beli obat di warung,” kata Ibu Leni, warga setempat.
Potensi ekonomi pun terbuka. Zulherman, seorang petani, menilai jika dikelola serius, hasil TOGA dapat menjadi usaha kecil bernilai tambah. Dukungan juga datang dari tokoh masyarakat. “Taman ini jangan sampai dibiarkan, harus terus dijaga supaya manfaatnya dirasakan lama,” tegas Dasril.
Bagi Pemerintah Nagari, taman ini adalah contoh nyata pembangunan berbasis potensi lokal. “Ini bentuk sinergi positif antara akademisi dan masyarakat. Dampaknya jangka panjang, sejalan dengan visi nagari sehat, mandiri, dan lestari,” kata pihak nagari.
Kini, Taman TOGA di Nagari Nan Limo bukan sekadar kebun tanaman, tapi simbol persatuan, pengetahuan, dan kepedulian yang tumbuh bersama. Sebuah warisan yang diharapkan terus hijau, tak hanya di tanah, tapi juga di hati warganya.
Nagari Nan Limo, 27 Juli 2025






