MINANGKABAUNEWS.com, BUKITTINGGI — Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Barat, Buya Dr H. Gusrizal Gazahar Dt. Palimo Basa, mengingatkan pentingnya menyegerakan pertobatan dan menyelesaikan segala bentuk kezaliman terhadap sesama. Menurutnya, keterlambatan dalam bertaubat maupun dalam meminta maaf bisa berujung pada konsekuensi berat di akhirat.
Hal itu disampaikan Buya Gusrizal dalam kajian dan pengkajian yang digelar di Masjid Surau Buya Gusrizal, Kota Bukittinggi, belum lama ini.
“Jika seseorang terlanjur berbuat jahat, segera imbangi dengan kebaikan sebanyak mungkin dan tinggalkan perbuatan tersebut,” ujar Buya.
Ia menegaskan, berlama-lama dalam kejahatan bisa menimbulkan rasa nyaman dalam kemaksiatan. Hati yang sudah terbiasa dengan dosa akan sulit kembali kepada jalan yang benar. Lebih dari itu, kejahatan yang terus dilakukan dapat merusak amal-amal kebaikan yang pernah dikerjakan.
Dalam kajian tersebut, Buya Gusrizal juga menyoroti pentingnya taubat yang dilakukan dengan segera. Menunda taubat hingga datangnya sakit parah atau menjelang ajal bisa menjadi penyesalan besar.
Meneladani Rasulullah SAW, lanjutnya, meski beliau maksum (terjaga dari dosa), tetap beristighfar lebih dari 70 kali sehari. Ini menjadi pelajaran bagi umat agar tidak merasa aman dari dosa, sekecil apapun itu.
Tak kalah penting, Buya Gusrizal mengingatkan agar setiap bentuk kezaliman terhadap orang lain, seperti mengambil hak, memfitnah, atau menzalimi dalam bentuk apa pun, harus segera diselesaikan. Menunda meminta maaf atau memperbaiki hubungan bisa berakibat fatal.
“Di akhirat, tidak ada lagi uang atau harta untuk membayar kezaliman. Yang akan ditransfer adalah pahala atau bahkan dosa orang lain,” tuturnya.
Buya mengakhiri pesannya dengan ajakan untuk terus menjaga hati dan amal perbuatan. “Hidup ini singkat. Jangan sia-siakan dengan perbuatan dosa. Segera perbaiki diri, sebelum terlambat,” ujarnya.