UNESCO Lakukan Verifikasi Lapangan Masyarakat Siaga Tsunami di dua Kelurahan Lolong Belanti dan Purus

  • Whatsapp
Verivikasi lapangan ready comunity oleh Unesco-IOC di Rumdis Wako Padang, Sabtu, (10/11)

MINANGKABAUNEWS.com, PADANG – Tim Intergovernmental Oceanographic Commission (IOC) dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) memeriksa kesiapan Lolong Belanti dan Purus dari bahaya tsunami. Verifikasi itu terkait permohonan dua kelurahan di Padang ke UNESCO-IOC untuk menjadi Masyarakat Siaga Tsunami berkelas internasional bersama enam komunitas desa lainnya di Indonesia.

Menurut Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Padang Panjang Suaidi Ahadi, verifikasi UNESCO-IOC itu dilakukan oleh Ardito M. Kodijat pada 10-12 September 2022 di Lolong Belanti dan Kelurahan Purus Kota Padang. Wali Kota Hendri Septa, Asisten I Edy Hasymi dan Kalaksa Endrizal, ikut menyambut kedatangan tim pemeriksa.

Read More

Tim verifikasi melakukan kunjungan lapangan untuk meninjau Papan Informasi Tsunami dan Rambu Tsunami, tempat dan jalur evakuasi. “Serta diskusi lapangan dengan komunitas siaga bencana di Purus dan Lolong Belanti,” kata Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Padang Panjang Suaidi Ahadi.

Dia mengungkapkan beberapa keuntungan dari pengakuan Masyarakat Siaga Tsunami oleh UNESCO-IOC. Selain menjadi contoh di dunia, dampaknya juga pada ekonomi, sosial, dan politik, serta masuk dalam peta Global Tsunami Ready.

Namun begitu, ada beberapa tanggung jawab yang perlu ditingkatkan masyarakat, yaitu menjaga tingkat kesiapsiagaan tsunami, keberlanjutan sistem dan prosedur yang ditetapkan. Selain itu memelihara dan mengelola setiap indikator Tsunami Ready, serta menyusun rencana dan kegiatan tahunan terkait kesiapan menghadapi bahaya tsunami.

Berdasarkan pendampingan dan inventarisir kelengkapan dokumen awal 2022, kata Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Padang Panjang Suaidi Ahadi, Kelurahan Lolong Belanti dan Purus telah memenuhi 12 indikator Tsunami Ready.

Berdasarkan catatan Katalog Tsunami BMKG, Sumatera Barat pernah mengalami tsunami beberapa kali yaitu pada tahun 1797, 1833, 1904, dan 1935. Di samping itu, dalam pemodelan tsunami BMKG, menunjukkan bahwa tinggi gelombang tsunami di pesisir Kota Padang akibat gempabumi skenario terburuk Magnitudo M8,9 dapat mencapai lebih dari 10 meter dengan waktu tiba tsunami kurang dari 30 menit.

Dari adanya potensi tsunami tersebut, Suaidi melanjutkan bahwa tidak heran Kota Padang memiliki indeks risiko tsunami yang sangat tinggi ditambah status Kota Padang sebagai ibukota Provinsi Sumatera Barat dengan kepadatan penduduk mencapai lebih dari 900.000 jiwa.

Meskipun Tsunami Ready Community telah resmi terbentuk di Kelurahan Purus dan Kelurahan Lolong Belanti, Dwikorita berharap hal ini tidak berhenti di sini. Ia ingin masyarakat Padang di kelurahan-kelurahan lainnya untuk menjadi masyarakat siaga tsunami,

Wako Hendri Septa mengatakan, kedatangan tim verifikasi lapangan dari UNESCO bertujuan untuk mengechek 12 indikator di dua kelurahan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Padang sebagai Tsunami Ready Community.

“Pada 30 September 2022 lalu kita telah menetapkan Kelurahan Purus dan Lolong Belanti sebagai Tsunami Ready Community. Hari ini dilakukan verifikasi lapangan untuk mendapatkan pengakuan secara Internasional dari UNESCO. Saya harap dua kelurahan ini mendapatkan pengakuan dari UNESCO sebagai bagian dari Komunitas Siaga Tsunami Internasional,” ucap Wako Hendri optimis.

Wako Hendri Septa mengatakan, Kota Padang memiliki potensi gempa bumi dan tsunami. Hal itu dikarenakan sebelah baratnya Kota Padang berhadapan dengan zona sumber gempa bumi megathrust 8,9 M, dengan permodelan tsunami dengan skenario terburuk gelombang tsunami mencapai 10-14 meter.

“Dengan jumlah penduduk Kota Padang lebih kurang 900 ribu jiwa, terdapat sekitar 400 ribu jiwa yang tinggal di wilayah pesisir. Maka dari itu, kegiatan Tsunami Ready Community sangat baik untuk kesiapsiagaan masyarakat terhadap ancaman gempa dan tsunami yang mungkin terjadi,” pungkas Wako Hendri Septa.

Verifikator UNESCO-IOC Ardito M. Kodijat mengechek rambu evakuasi dan infratruktur  evakuasi sesuai dengan 12 indikator

“Pengakuan dari Unesco tersebut bertumpu pada kesiapan masyarakat desanya bukan pada pemerintah kotanya, sedangkan pemrintah kota hanya sebgai fasilitator,” ucapnya

Tim verivikator penerapan 12 indikator siaga tsunami yang terdapat di lapangan. Diantaranya, memiliki peta rawan bahaya tsunami, memiliki papan informasi publik tentang gempa bumi dan tsunami, memiliki peta evakuasi tsunami, memiliki kegiatan pendidikan dan kesiapsiagaan bencana secara rutin, serta melakukan pelatihan mitigasi tsunami secara rutin.

“Saat ini di dunia hanya ada 50 kelompok Masyarakat Siaga Tsunami, tujuhnya berada di Indonesia. Semoga Kota Padang dapat menjadi bagian dari kelompok Tsunami Ready Community Internasional,” tutupnya

Related posts