Cerita Dibalik Aksi Mahasiswa KKN UM Sumbar Penggagas Desa Wisata Pamasihan, Dari Frustasi Berakhir Prestasi

  • Whatsapp
Hangat dan kompak: kelompok mahasiswa KKN-40 UM Sumbar bersama dosen pendamping lapangan, Moch Abdi, di Jorong Pamasihan, Nagari Tanjuang Bonai, Kabupaten Tanah Datar. (Foto: Ist)

MINANGKABAUNEWS.COM, TANAH DATAR – Kelompok mahasiswa KKN-40 dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UM Sumbar) sukses mempersembahkan sebuah Desa Wisata bernama ‘Murpin Park’ untuk masyarakat Jorong Pamasihan, Nagari Tanjuang Bonai, Kecamatan Lintau Buo Utara, Kabupaten Tanah Datar.

Pada Selasa (19/9) kemarin, obyek wisata itu secara resmi ditetapkan oleh Kabid Pariwisata Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpora), Efrison, sebagai obyek wisata baru di Kabupaten Tanah Datar.

Read More

Turut berantusias hadir dalam peresmian itu dua anggota DPRD daerah pemilihan setempat, Arianto dan Istiqlal, Camat Lintau Buo Utara, Plt Wali Nagari Tanjuang Bonai, Direktur PT Sumatera Sumber Mineral, wali Jorong serta ratusan masyarakat.

Obyek wisata tersebut sebelumnya digagas oleh kelompok mahasiswa KKN-40 UM Sumbar, bekerjasama dengan wali jorong, pemuda dan semua komponen masyarakat.

Kelompok mahasiswa KKN-40 itu diketuai oleh Revi Satria (Fakultas Teknik) serta beranggotakan, Muhammad Jadid (Fakultas Teknik), Muhammad Randa (Fakultas Hukum) dan Sayyidina Muammar Imbang Jayo (Fakultas Hukum).

Kemudian, Chintya Rahmadani (Fakultas Hukum), Tiara Siska Putri (Fakultas Ekonomi), Puspa Dwita Amini (Fakultas Ekonomi), Zulhidayatul Fajar (Fakultas Pertanian), Mela Santia (Fakultas Agama Islam), Aking Romi Yunanda (Fakultas Hukum) dan Jemi Mardesa (Fakultas Hukum).

Hasilnya, mahasiswa KKN UM Sumbar yang didampingi oleh Dosen Pendamping Lapangan (DPL), Moch Abdi, sukses menyulap sebuah lokasi hijau menjadi desa wisata. Sebuah kawasan di tepi Batang Sinama yang dulu dipenuhi semak belukar, kini berubah menjadi sebuah hamparan hijau yang indah.

Selain menyulap desa wisata, mahasiswa KKN-40 UM Sumbar juga berhasil membetuk pengurus Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang diisi oleh pemuda dan masyarakat. Ke depan, Pokdarwis ini akan melanjutkan pengembangan kawasan desa wisata Pamasihan, bernama ‘Murpin Park’.

Menurut cerita Dosen Pendamping KKN-40 UM Sumbar, Moch Abdi, ide tentang menjadikan kawasan Murpin Park yang dilakukan mahasiswanya tidak datang begitu saja, tapi melalui berbagai rintangan serta dinamika.

“Dulu kami sebelum masuk ke Jorong ini, saya bersama mahasiswa berpikir bahwa kami diposisikan ber-KKN di sini seperti sebuah ‘pengasingan’. Tapi belakangan cerita itu berbuah manis,” cerita Moch Abdi, pada malam perpisahan mahasiswa KKN UM Sumbar bersama masyarakat setempat yang digelar di halaman SDN 28 Pamasihan, Selasa (19/9) malam.

Abdi melanjutkan cerita, setelah pelepasan Mahasiswa di Kantor Bupati Tanah Datar dan Kantor Wali Nagari Tanjuang Bonai kala itu, dirinya selaku DPL bersama mahasiswa kemudian berangkat menuju posko KKN di Jorong Pamasihan.

Lokasi jorong itu berjarak sekitar 20 kilometer dari pusat nagari. Dalam perjalanan, begitu melewati Jorong Duek dan Jorong Kotoniu, rombongan sampai di medan jalan terjal, berdebu dan penuh bebatuan.

Beberapa mahasiswa mulai frustasi, ketika Wali Jorong, Syamsul Bahri yang ikut mendampingi rombongan dari kantor wali nagari, menginformasikan, jika jarak tempuh ke Pamasihan masih sekira 8 kilometer lagi.

Selain kondisi akses jalan yang jauh dan buruk, diinformasikan lagi bahwa di lokasi tidak ada signal untuk telepon maupun internet. Kabar itu menambah stres mahasiswa dari berbagai fakultas yang semuanya memakai jaket almamater warna merah.

“Di perjalanan saking frustasinya, mobil saya sempat dihentikan mahasiswa, mereka meminta agar lokasi KKN dipindahkan ke jorong lain. Saya coba tenangkan, agar mereka tetap masuk ke lokasi Pamasihan,” tutur Abdi.

Sesampai di lokasi, usai menempuh sekira setengah jam perjalanan, sekelompok mahasiswa disambut wali jorong dan masyarakat di halaman SDN 28 Pamasihan. Pikiran mereka sedikit terobati setelah rombongan disambut ramah belasan anak sekolah dengan ‘Tari Pasambahan’.

Ketua kelompok KKN-40 UM Sumbar, Revi Satria, membenarkan cerita DPL mereka Moch Abdi. Mengingat begitu sampai di posko KKN setelah acara penyambutan, mereka menemukan fasilitas yang tidak begitu memadai seperti alas tidur hingga MCK.

“Kami awalnya juga takut tidak mampu beradaptasi dengan masyarakat di sini. Minggu pertama, kami yakinkan diri dan mulai berbaur dengan pemuda dan masyarakat. Ternyata warga disini, bisa menyambut kami dengan ramah serta dengan tangan terbuka,” sebut Revi yang akrab disapa Ree, diamini mahasiswa lainnya.

Begitu membaur dengan warga, para mahasiswa kemudian melanjutkan berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan, mulai dari goro jalan, membersihkan kantor jorong, hingga memberi penyuluhan. Ide membuat Desa Wisata muncul ketika mahasiswa diajak berkunjung ke berbagai pelosok jorong oleh warga Pamasihan.

Dosen pendamping, Moch Abdi, yang melakukan pendampingan secara rutin ke Pamasihan meminta evaluasi program kerja yang dilakukan oleh mahasiswa. Dalam diskusi bersama masyarakat di Masjid Nurul Iman, akhirnya tercetus ide untuk membentuk obyek wisata baru.

Lokasinya di Muaro Impian yang berada persis di tepi Batang Sinama. Sejak itu, aktivitas gotong-royong dilakukan mahasiswa bersama warga dikoordinir oleh kepala jorong, Syamsul Bahri. Singkat cerita, akhirnya terbentuklah kawasan wisata ‘Murpin Park’.

Konsep wisata alam yang digagas oleh mahasiswa dipandu Dosen UM Sumbar, Moch Abdi, awalnya sempat menemui kendala seperti masalah kepemilikan lahan. Tapi melalui sosialisasi guna meyakinkan pemangku adat atau Niniak Mamak setempat, kendala itu bisa teratasi.

Moch Abdi bersama UM Sumbar yang pernah membuat kawasan wisata ‘Kampung Wisata Saribu Gonjong’ (SARUGO) di Koto Tinggi Limapuluh Kota sukses lolos masuk nominasi Anugerah Pesona Indonesia (API) tahun 2020, mengaku berkeinginan merubah kawasan Muaro Impian, untuk dikelola menjadi geopark alami, seperti menjadi arena camping ground.

Disamping itu, lereng bukit batu dan pohon hijau di lokasi itu, juga terdapat sebuah goa yang masih asri, yang kemudian diberi nama ‘Goa Pamusian’. Goa tersebut juga sangat memikat menjadi spot foto bagi wisatawan, dengan aliran sungai kecil yang jernih di bawahnya.

“Kemudian, area Batang Sinama dengan aliran yang berbatu-batu juga bisa dijadikan area sport turism, seperti iven olahraga wisata arung jeram. Ini sangat indah sekali. Belum lagi kawasan pertanian sawah di jorong Pamasihan ini, yang tidak kalah eksotis,” ujar Abdi penuh kagum.

Dapat Apresiasi Menteri Pariwisata dan Ekraf

Prestasi mahakarya mahasiswa KKN UM Sumbar menyulap kawasan alam Pamasihan menjadi obyek wisata Murpin Park, ternyata sampai ke telinga Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno.

Sandiaga melalui protokoler Kemenparekraf langsung merespon aksi mahasiswa UM Sumbar tersebut, dengan membuat sebuah video berdurasi 50 detik, berisi ucapan selamat untuk mengapresiasi peresmian Desa Wisata Pamasihan.

“Saya dengan bangga mengucapkan selamat dan sukses atas peresmian Desa Wisata Pamasihan di Nagari Tanjuang Bonai, Kabupaten Tanah Datar, serta apresiasi kepada mahasiswa KKN UM Sumbar yang sudah bergerak bersama komponen masyarakat, dengan memanfaatkan potensi dan kearifan lokal, menjadi desa wisata terindah. Semoga dengan hadirnya obyek wisata Pamasihan ini dapat menggerakkan perekonomian masyarakat. Rancak bana,” ucap Sandiaga Uno dalam video tersebut. Video itu menjadi viral di berbagai platform media sosial.

Isak Tangis Warga Pamasihan Lepas Kepulangan Mahasiswa KKN UM Sumbar

Satu hari pascaperesmian Desa Wisata Pamasihan, yakni Rabu (20/9), merupakan hari terakhir masa KKN kelompok 40 mahasiswa UM Sumbar di Pamasihan. Malam sebelumnya (Selasa), segenap pemuda bersama masyarakat setempat menggelar malam perpisahan, melalui pemutaran film ‘Surau dan Silek’.

Acara malam perpisahan dan pemutaran film digelar di halaman SDN 28, satu-satunya sekolah dasar yang ada di Jorong Pamasihan. Malam itu, warga bersama anak-anak melepas mahasiswa dengan penuh isak-tangis.

Warga setempat mengakui, kebersamaan bersama mahasiswa selama 40 hari terakhir sudah terbangun sangat erat. “Anak-anak mahasiswa KKN di sini, sudah kami anggap sebagai anak sendiri,” ujar salah seorang IRT, yang tinggal di sekitar posko KKN.

Malam itu, jelang pemutaran film, semua mahasiswa diminta menyampaikan kesan dan pesan selama menjalani kegiatan KKN di Pamasihan. Mahasiswa juga sempat menghibur warga, dengan lagu-lagu lawas, memakai guitar akustik.

“Kami tidak akan melupakan Jorong Pamasihan yang sudah kami anggap sebagai kampung kedua, dan kami nanti tetap akan kembali ke sini, untuk membantu dan menyapa warga di sini,” hibur Ree, diamini mahasiswi sambil terisak.

Siang harinya, Rabu, jelang keberangkatan untuk penjemputan di depan Masjid Raya Tanjung Bonai, puluhan warga yang terdiri ibu-ibu, bapak-bapak, pemuda, anak-anak dan para guru berbondong-bondong melakukan pelepasan, tak terbendung isak tangis, sambil melambaikan tangan, untuk salam perpisahan. (akg)

Related posts